kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45892,58   -2,96   -0.33%
  • EMAS1.324.000 -0,68%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Indika Energy (INDY) bidik diversifikasi bisnis non-batubara hingga 50% di 2025


Kamis, 17 Desember 2020 / 16:01 WIB
Indika Energy (INDY) bidik diversifikasi bisnis non-batubara hingga 50% di 2025
ILUSTRASI. Direksi Indika Energy (INDY)


Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Anna Suci Perwitasari

Kedua, bisnis pertambangan emas. Di proyek Awak Mas ini, INDY memiliki 45,8% kepemilikan dan mempunyai opsi untuk meningkatkan kepemilikannya menjadi 56,7%. Tambang emas yang digarap oleh Nusantara Resources ini berlokasi di Sulawesi Selatan dengan total potensi sumber daya sebanyak 2,3 juta ounce dan cadangan 1,5 juta ounce.

Dengan total biaya proyek sebsar US$ 150 juta -US$ 200 juta, tambang emas ini ditargetkan mulai berproduksi pada tahun 2022 atau 2023. Azis memang belum membeberkan detail kontribusi dari tambang emas ini kepada INDY.

Yang pasti, menurut feasibility study saat ini, tambang emas tersebut dapat memproduksi 100.000 ons - 130.000 ons per tahun.

Baca Juga: Indika Energy (INDY) bakal ajukan perpanjangan PKP2B Kideco Jaya Agung tahun depan

Sedangkan jika ingin menambah kepemilikan saham sesuai opsi menjadi 53,9%, maka INDY harus kembali merogoh dana sebesar US$ 7 juta - US$ 8 juta.

Ketiga, diversifikasi non-batubara yang dilakukan INDY ialah menjajaki prospek energi baru dan terbarukan (EBT). Azis menyampaikan, pengembangan EBT dimulai dari internal INDY, seperti memasang Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) di area PT Kideco Jaya Agung, anak usaha INDY yang memproduksi batubara.

"Ini sebagai suatu tahapan awal, bagaimana kita bisa familiar dengan design-nya, bagaimana men-develop dan mengeksekusi konstruksinya," ungkap Azis.

Selain PLTS, ada jenis EBT lain yang sedang dijajaki oleh INDY. Salah satunya ialah tenaga biomassa. Dalam pengembangan EBT ini, Azis menyampaikan bahwa INDY terbuka untuk bekerjasama dengan mitra potensial baik dari dalam maupun luar negeri.

Keempat, diversifikasi melalui teknologi. Seperti dalam mengembangkan Minerva, platform teknologi internal untuk mengoptimalkan kinerja armada dan efisiensi produksi batubara. Diversifikasi melalui jasa dan produk teknologi ini dikerjakan oleh anak usaha INDY, yakni Zebra.

"Teknologi digital yang dikembangkan berkaitan dengan aplikasi industri 4.0," kata Azis.

Pada tahun 2020 ini, dia mengakui bahwa kinerja INDY tertekan pandemi Covid-19. Untuk menjaga kinerja INDY pada masa pandemi, Azis menjelaskan bahwa pihaknya telah melakukan manajemen liabilitas melalui penerbitan surat utang dengan total US$ 675 juta.

Baca Juga: Ini penyebab Petrosea (PTRO) optimistis kinerja di 2021 membaik

Sebagian besar dari dana tersebut ditunjukkan untuk refinancing, dan sisanya untuk mendukung diversifikasi usaha INDY. Dari dana tersebut, sebanyak US$ 88 juta digunakan untuk biaya transaksi dan diversifikasi usaha.

"Kami fokus untuk perbaikan operasional dari aset yang dimiliki, juga mengeksplor potensi investasi di sektor lain, dalam strategi untuk mencapai pendapatan INDY di 2025 atau 5 tahun mendatang bisa dikontribusikan 50% dari sektor yang tidak berkaitan dengan batubara," pungkas Azis.

Selanjutnya: Harga batubara anjlok dan amortisasi akuisisi Kideco, Indika Energy rugi US$ 52 juta

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Accounting Mischief Practical Business Acumen

[X]
×