Reporter: Ika Puspitasari | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Telapak tangan PT Indo Straits Tbk saat ini sedang gatal karena sebentar lagi bakal menerima rezeki. Kalau tak ada aral melintang, mulai 31 Juli 2018 nanti mereka akan memulai kontrak kerjasama jasa minyak dan gas (migas) dengan PT Pertamina Hulu Mahakam. Kontrak berlaku hingga tiga tahun sejak perjanjian dimulai.
Kerjasama anyar itu jelas akan menambah deret klien bisnis Indo Straits. Kalau mengintip laporan keuangan per 31 Maret 2018, perusahaan berkode saham PTIS di Bursa Efek Indonesia tersebut melayani tiga pelanggan besar yakni PT Arutmin Indonesia, PT Trans Coal Pacific dan PT Mandiangin Batubara. Klien sisanya masuk dalam kategori lain-lain.
Hanya, Indo Straits masih menyimpan rapat informasi mengenai nilai kontrak dengan Pertamina Hulu Mahakam. Manajemen perusahaan hanya menyatakan, kontrak kerjasama berpotensi memuluskan cita-cita mengejar pendapatan US$ 20,91 juta pada tahun ini.
Sebagai perbandingan, tahun lalu Indo Straits membukukan pendapatan US$ 10,98 juta. Jadi, target pertumbuhan pendapatan yang mereka bidik tahun 2018 mencapai 90,43%.
Dalam rangka mengejar target pendapatan itu, Indo Straits juga berupaya mengejar dua kontrak baru lain. "Enam bulan ke depan semoga lebih baik, mudah-mudahan perusahaan enggak rugi lagi," tutur Sutina, Direktur Operasional PT Indo Straits Tbk, usai rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST), Kamis (21/6).
Kerugian memang menjadi masalah menahun bagi Indo Straits. Tahun lalu saja, mereka masih menanggung rugi yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk atawa rugi bersih, sebesar US$ 2,11 juta. Sampai tutup kuartal I 2018, bottom line mereka tetap merah dengan catatan rugi bersih US$ 51.970.
Namun, paling tidak ada upaya dari Indo Straits untuk mengecilkan kerugian. Catatan rugi bersih 2017 tadi sudah mengecil dalam dua tahun terakhir. Rugi bersih 2015 tercatat US$ 12,87 juta sedangkan rugi bersih 2016 tercatat US$ 7,35 juta.
Penurunan rugi bersih periode tahunan berbanding lurus dengan periode triwulan pertama. Dibandingkan dengan kuartal I 2016 misalnya, rugi bersih kuartal I 2018 terhitung menyusut hingga 45 kali lipat lebih.
Penghematan biaya
Sejalan dengan tren penurunan kerugian, Indo Straits melanjutkan strategi penghematan biaya. Tahun ini, mereka mengejar peningkatan efisiensi pengeluaran dan mengurangi utang. "Kami kan saat ini ada pinjaman di bank, secara bertahap kami kurangi lantaran pinjaman bank bunganya cukup besar," ujar Tan Kim Leng, Direktur Utama PT Indo Straits Tbk.
Kembali mengintip laporan keuangan kuartal I 2018, Indo Straits menanggung beban pokok pendapatan US$ 2,21 juta atau 74,66% dari pendapatan bersih US$ 2,96 juta. Tiga komponen terbesar yang menyumbang beban pokok pendapatan meliputi penyusutan, bahan bakar dan sewa peralatan.
Karena sumber likuiditas diperketat, tahun ini Indo Straits mengerem belanja. Alih-alih membeli alat produksi baru, perusahaan tersebut memilih memaksimalkan penggunaan alat yang ada. Tak ada rencana belanja alat produksi tahun ini.
Sambil jalan, Indo Straits berusaha mempertahankan kontrak jangka panjang. Kelebihan kontrak jangka panjang adalah jaminan pendapatan selama periode kontrak. Namun, tarif jasanya pakem. "Karena kontrak sudah terikat dengan harga sebelumnya," terang Sutina.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News