Reporter: Dimas Andi | Editor: Noverius Laoli
Hal ini mengakibatkan INTP membukukan margin laba usaha sebesar 7,1% dan EBITDA sebesar 16,4% pada semester I-2024.
Lebih lanjut, pendapatan keuangan neto INTP yang lebih rendah sebesar -Rp 45,4 miliar atau berkurang 203,2% disebabkan oleh beban bunga dari utang yang dikeluarkan untuk akuisisi PT Semen Grobogan. Beban pajak penghasilan neto perusahaan juga turun menjadi -Rp108,5 miliar atau karena laba yang lebih rendah.
"Terakhir, dari angka-angka di atas, laba periode berjalan perusahaan adalah sebesar Rp 434,7 miliar pada semester I-2024," ujar Dani.
Baca Juga: IKN: Peluang Emas Sejumlah Emiten Mengembangkan Sayap Usaha
Tidak ketinggalan, INTP membukukan posisi kas bersih dengan kas dan setara kas sebesar Rp 1,8 triliun hingga 30 Juni 2024.
Manajemen INTP memperkirakan, daya beli masyarakat yang lemah dapat terus menekan permintaan terhadap produk semen kantong, termasuk dampak dari pemilihan umum daerah pada November 2024.
Namun, musim kemarau dan hari libur yang lebih sedikit pada semester II-2024 akan berdampak positif terhadap keseluruhan aktivitas konstruksi.
Baca Juga: INTP Menanti Kenaikan Permintaan Semen
Produk semen curah diperkirakan akan terus tumbuh sejalan pembangunan ibu kota baru dan percepatan proyek infrastruktur utama saat ini.
"Kami mempertahankan pandangan optimis untuk industri semen pada semester kedua dan memperkirakan volume akan tumbuh 2%–3% untuk keseluruhan tahun 2024," tandas dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News