Reporter: Dityasa H Forddanta | Editor: Anastasia Lilin Yuliantina
JAKARTA. PT Indofarma Tbk bakal mengembangkan bisnis anyar tahun depan. Perusahaan farmasi plat merah itu akan menjual produk makanan dan minuman kesehatan buatan perusahaan asal Kanada, Clarovita Nutrition Inc.
Clarovita Nutrition adalah produsen makanan dan minuman yang banyak menggunakan bahan baku protein nabati. Beberapa produknya seperti cemilan rasa barbeque, cokelat dan spageti. Kalau produk minuman semisal susu dan es krim.
Mengusung label makanan dan minuman kesehatan, Indofarma optimistis pilihan bisnisnya tepat. "Variasi produk dan pergerakan tren masyarakat mulai banyak mencari makanan sehat menjadi salah satu alasan kami," ujar Direktur Utama Indofarma Arief Budiman, (2/12).
Pada tahun pertama atau tahun 2015, Indofarma hanya memposisikan diri sebagai penjual. Plus, membantu pengemasan produk Clarovita, di Indonesia.
Tanpa menyebutkan nilai investasi untuk proses pengemasan produk makanan dan minuman ini. Manajemen Indofarma hanya mengklaim pengembangan bisnis baru ini tak perlu merogoh kocek yang besar. Kebutuhan dana yang harus dikeluarkan perusahaan itu hanya meliputi biaya administrasi, dan biaya mendapatkan sertifikat halal saja.
Namun, Indofarma sudah menghitung potensi pendapatan yang bisa didapat dengan menjual aneka produk Clarovita Nutrition. Perusahaan itu memasang target pendapatan sekitar Rp 20 miliar dan laba bersih Rp 5 miliar.
Jika disandingkan dengan target pendapatan konsolidasi Indofarma 2015 yakni Rp 1,7 triliun, berarti target kontribusi pendapatan penjualan makanan dan minuman baru sebesar 1,18%. Sementara target kontribusi laba bersih makanan dan minuman setara dengan 12,5% terhadap target laba bersih konsolidasi yang sebesar Rp 40 miliar.
Lantas, menginjak tahun kedua atau tahun ketiga, Indofarma berencana membangun pabrik sendiri. Untuk kebutuhan dana ini, manajemen Indofarma itu juga belum berbagi berapa besar taksiran investasinya.
Pasar ekspor
Selain mendiversifikasi bisnis, Indofarma akan menghidupkan kembali bisnis obat herbal. Asal tahu saja, perusahaan itu memperbaiki kembali pabrik obat herbal yang pernah terbakar.
Target perusahaan itu, proses perbaikan pabrik bisa rampung pada pekan kedua bulan ini. "Untuk kemudian dilakukan proses commissioning sehingga mulai Februari tahun depan kami kembali bisa berjualan produk obat herbal," beber Arief.
Tak lupa, tahun depan Indofarma juga akan menggenjot penjualan ke pasar ekspor. Paling tidak, perusahaan itu telah memperoleh izin ekspor obat ke Afganistan, Nigeria, dan Irak.
Lantas, terbaru, Indofarma akan menitipkan produk obatnya melalui apotek PT Kimia Farma Tbk demi menjangkau pasar Timor Leste. Perusahaan itu menakar, cara ini lebih menguntungkan lantaran Kimia Farma sudah lebih dulu memasuki pasar negara yang dulu pernah menjadi bagian dari Indonesia itu.
Namun, manajemen perusahaan itu memastikan penjualan ekspor tak akan menjadi sumber pendapatan andalan. Dus, Indofarma hanya mematok target penjualan ekspor naik Rp 5 miliar tahun depan. Corporate Secretary PT Indofarma Tbk, Yasser Arafat menyebut, ekspor ini sejatinya untuk natural hedging agar bisa mendapatkan penghasilan dollar. Apalagi pasar lokal masih cukup besar.
Hingga September 2014, penjualan ekspor tercatat Rp 10,38 miliar. Nilai itu setara 1,31% terhadap total pendapatan Rp 792,84 miliar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News