Reporter: Merlinda Riska | Editor: Anastasia Lilin Yuliantina
JAKARTA. PT Indofarma (Persero) Tbk. menyiapkan anggaran belanja modal Rp 100 miliar tahun ini. Perusahaan akan memanfaatkan dana tersebut untuk meningkatan efisiensi. Perusahaan mencuil anggaran ini dari kas.
Indofarma membagi anggaran untuk tiga rencana strategis. Pertama, Rp 50 miliar akan dianggarakan untuk membeli mesin-mesin baru.
Direktur Keuangan Indofarma John Sebayang menyatakan, pembelian mesin-mesin baru akan meningkatkan performa produksi perusahaan. "Kami bisa meningkatkan efisiensi dengan tidak menggunakan toll manufacturing karena kami akan menggunakan pabrik kami sendiri," kata John kepada KONTAN, belum lama ini.
Sekedar informasi, toll manufacturing adalah pengalihan produksi kepada perusahaan lain. Cara ini ditempuh karena perusahaan pemberi toll manufacturing tidak memiliki fasilitas produksi produk tertentu atau karena kapasitas produksi tidak mencukupi.
Nah, produksi dengan pabrik sendiri nanti, digadang bakal menunjang rencana bisnis perusahaan untuk mengutamakan menjual obat bermargin tebal tahun inil. John bilang, tahun ini perusahaan akan menggeber penjualan obat yang bermargin tebal, sebesar 20%-25%.
Belajar dari pengalaman tahun lalu, penjualan terbesar perusahaan berkode INAF di Bursa Efek Indonesia ini, adalah alat kesehatan. Padahal, margin alat kesehatan lebih tipis dibanding.
Kedua, Rp 25 miliar akan dipakai untuk membangun pabrik obat herbal. Rencana pembangunan pabrik obat herbal sejatinya bukan rencana baru. Tahun lalu, perusahaan sudah memasukkan rencana tersebut dalam daftar strategi 2013.
Hanya saja, pemenuhan komitmen tender e-catalog obat generik mendesak perusahaan untuk mengutamakan penyelesaian renovasi pabrik dan produksi obat generik. Alhasil, rencana yang belum terealisasi tersebut kembali menjadi target perusahaan tahun ini.
Ketiga, Rp 25 miliar untuk membangun pabrik riset dan pengembangan. John bilang pembangunan pabrik riset dan pengembangan sudah dalam proses tender. Perusahaan menargetkan dalam dua sampai tiga bulan lagi pabrik bisa dibangun.
John menegaskan seluruh belanja modal Rp 100 miliar diambail dari kas perusahaan. "Tahun ini kami tidak akan melakukan pinjaman karena kami harus berhati-hati agar kinerja bisa biru karena efisiensi juga harus dilakukan dimana-mana," kata dia.
Pilihan perusahaan tak mencari pinjaman, masuk akal. Jika melihat capaian kinerja Indofarma 2013, dimana perusahaan menandang rugi Rp 54,22 miliar, tentu sangat berisiko jika menambah utang. Padahal di 2013 pendapatan masih tumbuh 16,52% menjadi Rp 1,34 triliun. Tak cuma itu, di 2012 perusahaan malah masih mengantongi laba Rp 42,38 miliar.
John berharap upaya peningkatan efisiensi bisa menginclongkan kinerja perusahaan tahun ini. Perusahaan berharap bisa mencetak penjualan di atas Rp 1,4 triliun sepanjang 2014.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News