Reporter: Merlinda Riska | Editor: Hendra Gunawan
JAKARTA. Konsolidasi dua perusahaan farmasi pelat merah, yakni PT Kimia Farma Tbk (KAEF) dan PT Indofarma Tbk (INAF), semakin dekat. Sinyal ini semakin menguat dengan adanya perubahan jajaran direksi di kedua perusahaan tersebut.
Pada Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) di kedua perusahaan tersebut, seluruh jajaran direksi Indofarma yang lama dicopot dan digantikan oleh para petinggi Kimia Farma. Saat ini, yang menjabat Direktur Utama Indofarma adalah Arief Budiman yang sebelumnya menjabat Direktur Keuangan Kimia Farma.
Direktur Utama Kimia Farma, Rusdi Rosman mengakui, pergantian direksi ini adalah salah satu inisiatif untuk mempercepat proses konsolidasi. "Memang betul bahwa semua direksi Indofarma itu dari Kimia Farma.
Ini adalah langkah mempercepat konsolidasi. Dengan orang-orang yang berasal dari satu sumber, diharapkan sinergi menjadi lebih mudah," kata dia disela-sela paparan publik Kimia Farma, Rabu (26/3).
Lebih lanjut Rusdi bilang, percepatan konsolidasi ini merupakan keinginan dari para pemegang saham mayoritas. Jadi, pada tahun ini, diharapkan akan betul-betul terjadi sinergi antara kedua pabrikan farmasi ini. "Walaupun tidak terjadi konsolidasi secara badan hukum, langkah sinergi lebih dulu bisa dicapai," ucapnya.
Sayang, Rusdi masih enggan mengungkap bentuk konkret sinergi bisnis seperti apa yang akan terjadi di dua perusahaan tersebut. Yang penting, kata Rusdi, strategi ini adalah sebagai upaya untuk tidak terlalu bergantung dengan institusi lain.
"Kami sedang mengerjakan percepatan konsolidasi ini dengan opsi yang lain. Opsi ini lebih kepada bagaimana tidak terlalu tergantung dengan institusi lain. Artinya, tetap melalui aksi korporasi, tetapi tidak terlalu banyak persetujuan dari pihak lain," papar Rusdi.
Indofarma bisa efisien
Asal tahu saja, nasib konsolidasi atau regrouping dua perusahaan farmasi ini masih terkatung-katung di meja lembaga legislatif (DPR). Untuk bisa berkongsi, kedua perusahaan yang sama-sama berstatus perusahaan terbuka ini ternyata masih membutuhkan persetujuan DPR.
Sebelumnya, Kimia Farma memiliki opsi menerbitkan saham baru supaya bisa mendapatkan dana segar sebagai modal ekspansi bila berhasil berkongsi dengan Indofarma. Hanya saja, restu itu tidak kunjung datang. Jadi, untuk membiayai belanja modal ekspansi tersebut yang bernilai Rp 939,52 miliar, Kimia Farma bakal memakai sumber pendanaan yang lain.
Saat ini, Kimia Farma masih punya dana sekitar Rp 300 miliar. "Sisanya akan kami kaji semua kemungkinan, ada obligasi, surat utang jangka menengah atau pinjaman," kata Djoko Rusdianto, Sekretaris Perusahaan PT Kimia Farma.
Pihak Kimia Farma sendiri tidak bisa memastikan kapan konsolidasi ini bisa tercapai. Namun, harapan manajemen adalah konsolidasi bisa terealisasi di tahun kuda kayu ini.
"Kami hanya dapat mandat secepatnya (bisa konsolidasi). Saat ini, konsultan dari Mandiri Sekuritas sedang bekerja dan hasilnya masih kami tunggu," timpalnya.
Sementara itu, Direktur Utama Indofarma Arief Budiman menyatakan, sinergi dengan Kimia Farma tahun ini bisa membantu Indofarma menjadi lebih efisiensi. "Kami bisa beli bahan baku secara bersama-sama," ujarnya.
Asal tahu saja, kinerja keuangan Indofarma pada tahun 2013 lalu sangat tertekan. Perusahaan ini merugi hingga Rp 54,22 miliar. Padahal pada tahun 2012, perusahaan ini mampu meraih laba sebesar Rp 42,38 miliar.
"Saya diberi mandat untuk bisa membuat kinerja membiru dalam waktu setahun. Jadi, pekerjaan rumah saya adalah lakukan restrukturisasi keuangan. Salah satunya dengan efisiensi, mengurangi jajaran direksi yang hanya tiga orang, dan sinergi (dengan KAEF)," ungkap Arief.br />
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News