CLOSE [X]
kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.514.000   5.000   0,33%
  • USD/IDR 15.945   -40,00   -0,25%
  • IDX 7.196   149,03   2,11%
  • KOMPAS100 1.099   26,87   2,51%
  • LQ45 869   25,52   3,02%
  • ISSI 220   3,58   1,65%
  • IDX30 445   13,29   3,08%
  • IDXHIDIV20 535   15,93   3,07%
  • IDX80 126   3,28   2,68%
  • IDXV30 128   1,76   1,39%
  • IDXQ30 148   4,07   2,83%

Indonesia Akan Memangkas Lahan Sawit Satu Juta Hektare


Rabu, 12 November 2008 / 07:44 WIB
Indonesia Akan Memangkas Lahan Sawit Satu Juta Hektare


Sumber: KONTAN | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. Anjloknya harga minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) di pasar dunia, tampaknya akan bertahan lebih lama. Untuk mengantisipasinya, pengusaha perkebunan sawit Indonesia akan memangkas luas lahan produktif kelapa sawit dengan sangat agresif.

Sebelumnya, Indonesia dan Malaysia sudah bersepakat akan memangkas 250.000 hektare lahan perkebunan sawit produktif, mulai tahun depan. Indonesia sebetulnya cuma kebagian jatah memangkas 50.000 hektare lahan produktif.

Tapi, industri sawit Indonesia akan memangkas lahan jauh lebih luas. Mumpung situasi pasar masih muram, industri sawit memanfaatkan kesempatan ini untuk melakukan peremajaan.

Kemarin (11/11), industri menyepakati, dalam tiga tahun ke depan, bakal meremajakan satu juta hektare dari enam juta hektare lahan kelapa sawit yang ada saat ini. "Prioritasnya di Sumatra dan Kalimantan," kata Ketua Umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Akmaluddin Hasibuan.

Pengusaha berharap, cara itu mampu menstabilkan harga dan permintaan CPO di pasar dunia. Soalnya, dengan meremajakan 300.000 hektare lahan per tahun, industri bisa mengerem produksi CPO sekitar 500.000 ton per tahun. Tanpa langkah peremajaan ini, produksi CPO akan melaju hingga 18 juta sampai 19 juta ton tahun depan.

Padahal, Gapki memperkirakan, permintaan ekspor tahun depan akan lebih rendah dibanding tahun ini yang sebesar 13 juta hingga 14 juta ton. "Kami perkirakan, ekspor 2009 hanya 10 juta sampai 11 juta ton," imbuh Akmaluddin.

Pengusaha masih bisa mengalihkan minyak sawit yang tadinya untuk ekspor ke industri bahan bakar nabati (BBN) dalam negeri sekitar 2,5 juta ton per tahun. "Bila digabungkan dengan pengurangan produksi akibat peremajaan lahan, setiap tahun pasokan CPO ke pasar dunia bakal berkurang hingga tiga juta ton," kata Akmaluddin. Harapannya, dengan menahan pasokan ke pasar dunia, mulai tahun depan, harga CPO bakal merangkak naik menjadi US$ 600 - US$ 700 per ton.

Industri menjamin, langkah ini tak akan mengganggu pasokan dalam negeri. Direktur Eksekutif Gabungan Industri Minyak Nabati Indonesia (GIMNI) Sahat Sinaga memaparkan, kebutuhan CPO dalam negeri sekitar tujuh juta ton, lima juta ton untuk minyak makan dan dua juta ton buat biodiesel. "Kami menjamin pasokan itu," ujarnya.

Hanya saja, pelaksanaan program peremajaan lahan ini mungkin tak semulus rencananya. Perusahaan perkebunan skala besar bisa dengan mudah menjalankannya. Tapi, tidak bagi perkebunan milik petani. 

Sebab, biaya peremajaan per hektare lahan mencapai Rp 27 juta. Saat seperti sekarang, petani sulit mendapatkan modal. Perkebunan milik petani mencapai 35% dari total lahan kelapa sawit. Sekitar 60% di antaranya memang tanaman tua yang seharusnya jadi sasaran peremajaan.

Maka, Gapki minta pemerintah turun tangan. "Setidaknya, pemerintah bisa memberikan jaminan agar bank bersedia mengucurkan kredit bagi petani yang akan melakukan peremajaan lahan," kata Akmaluddin.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Kiat Cepat Baca Laporan Keuangan Untuk Penentuan Strategi dan Penetapan Target KPI Banking and Credit Analysis

[X]
×