Reporter: Diki Mardiansyah | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Deputi Bidang Koordinasi Kedaulatan Maritim dan Energi Kemenkomarves Jodi Mahardi menyatakan Indonesia berpeluang menjadi pemain besar di bisnis penyimpanan karbon atau carbon capture storage (CCS).
Sebelumnya, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyatakan saat ini Indonesia memiliki 15 proyek yang akan mengembangkan teknologi penyimpanan karbon CO2, khususnya pada sektor minyak dan gas bumi (Migas).
Baca Juga: PGN Siap Menangkap Peluang Bisnis Carbon Capture Storange (CCS)
Lebih lanjut, 15 proyek di dalam negeri ini memiliki kapasitas total mencapai 4,31 Giga Ton CO2 yang semuanya masih dalam tahap studi dan persiapan di mana sebagian ditargetkan untuk beroperasi sebelum 2023.
Proyek-proyek ini dilaksanakan oleh berbagai perusahaan hulu migas di mana sebagian besar dilaksanakan oleh Pertamina dan melibatkan kolaborasi dengan berbagai pihak baik nasional maupun internasional.
Di tingkat global, investasi global di CCS telah mencapai sekitar US$ 6,4 miliar dengan Asia memberikan kontribusi sebesar US$ 1,2 miliar. Indonesia disebut akan memiliki peran utama dalam investasi teknologi CCS di Indonesia.
Baca Juga: Indonesia Punya Potensi Penyimpanan Karbon Lebih dari 4 Miliar Ton CO2
Jodi mengungkapkan, Indonesia telah membuka kerja sama dengan Singapore untuk CCS Cross Border dan akan dilanjutkan dengan beberapa negara di Asia Timur.
"Beberapa international companies dari Singapore, Jepang, Korea Selatan, US, dan Uni Eropa telah mempersiapkan rencana investasi baik berupa MOU maupun pembicaraan bisnis lainnya," ujarnya kepada KONTAN, Senin (4/3).
Selain itu, kata Jodi, ExxonMobil telah menandatangani MoU untuk proyek petrochemical yang dikombinasikan dengan CCS senilai 15 Billion USD, BP telah melakukan konstruksi fasilitas CCS/CCUS di Tangguh Indonesia Timur, Pertamina sedang menyiapkan rencana pengembangan investasi CCS yang mencakup keseluruhan CCS value chain.
Lebih lanjut, Jodi bilang Indonesia telah meresmikan visinya untuk mengembangkan teknologi CCS di Asia. Indonesia memiliki potensi besar untuk menjadi salah satu leader CCS Hub di Asia Tenggara dengan potensi kapasitas penyimpanan yang besar untuk dapat digunakan untuk menyimpan karbon baik di dalam negeri maupun luar negeri.
"CCS juga akan membuka bisnis baru bagi seluruh industry di CCS value chain," ujar Jodi.
Baca Juga: Pemerintah Perlu Fasilitasi Model Bisnis yang Diharapkan Investor untuk Eksekusi CCS
Ia menjelaskan, industri kategori hard to abate industry (semen, baja, petrochemical) memerlukan CCS untuk mengurangi emisi CO2 yang mereka hasilkan. Pengembangan CCS di Indonesia juga dapat memberikan nilai tambah bagi industri dalam negeri untuk memproduksikan produk ramah lingkungan seperti blue ammonia, blue hydrogen dan blue methanol.
Menurut Jodi, ada tiga hal utama yang membuat Indonesia bisa menjadi pemain besar dalam pengembangan CCS. Pertama, Storage Capacity, Indonesia memiliki potensi besar untuk menjadi salah satu leader CCS Hub di Asia Tenggara dengan potensi kapasitas penyimpanan mencapai 600 Giga Ton.
Kedua, Lokasi Strategis di mana wilayah Indonesia bagian barat bisa melakukan kerja sama dengan negara Asia Tenggara yang lain dan wilayah Indonesia bagian timur bisa melakukan Kerjasama dengan negara Asia Timur.
Ketiga, Pengembangan Industri Hilir yang terintegrasi dengan CCS untuk bisa menghasilkan produk rendah emisi kategori blue products seperti blue ammonia, blue methanol dan blue hydrogen.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News