Reporter: Maria Elga Ratri | Editor: Fitri Arifenie
JAKARTA. Indonesia bersiap membidik pasar Afrika untuk ekspor minyak sawit atau crude palm oil (cpo). Hal itu dicetuskan oleh Dewan Minyak Sawit Indonesia (DMSI) yang hadir dalam konggres minyak sawit Afrika 2013 di Abidjan, Pantai Gading 10-13 Juni 2013 lalu.
Ketua Umum DMSI Derom Bangun mengatakan, Afrika memiliki potensi bagi pasar ekspor minyak sawit Indonesia. "Kebutuhan minyak sawit untuk energi dan pangan di Afrika tinggi. Saat ini total produksi Afrika sekitar 1,8 juta ton cpo," ujar Derom pada wartawan di Jakarta, Jumat (21/6).
Meski terbilang besar, namun iklim dengan curah hujan relatif kecil menyebabkan biaya produksi kelapa sawit Afrika tinggi. Oleh karena itu, Afrika masih perlu mengimpor CPO dari negara lain.
Karena itulah, saat ini DMSI tengah melobi insentif untuk Indonesia dalam bentuk kemudahan ekspor, misalnya penurunan bea masuk. "Jika Indonesia mendapatkan kemudahan akses ke Afrika, harga minyak sawit kita akan bagus. Pada akhirnya, juga akan menarik investasi perusahaan Indonesia untuk ke sana," sambung Derom.
Saat ini, bea masuk impor minyak sawit di Afrika masih terbilang tinggi, yakni 30-35%. Salah satu perusahaan Indonesia yang telah membuka lahan di Afrika adalah Wilmar yang membuka lahan sawit di Nigeria.
Negara-negara yang hadir dalam pertemuan tersebut antara lain Liberia, Kongo, Ghana, Gabon, Kamerun, Benin, Nigeria, dan Afrika Sentral. Pada bulan Oktober mendatang, DMSI akan mengadakan Konferensi Pengembangan Industri Minyak Sawit di Jakarta dan mengundang setiap pemangku kepentingan sawit nasional.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News