Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Azis Husaini
KONTAN.CO.ID -CIANJUR. PT Indonesia Power tengah serius mengembangkan pembangkit listrik berbasis energi bersih. Anak perusahaan dari PT PLN (Persero) itu akan menjalankan sejumlah proyek pembangkit listrik Energi Baru dan Terbarukan (EBT) serta pengolahan sampah menjadi sumber energi.
Direktur Utama Indonesia Power M. Ahsin Sidqi mengungkapkan, setidaknya sudah ada 18 proyek listrik EBT yang akan digarap oleh Indonesia Power. Proyek pertama yang sudah rampung adalah Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Rajamandala berkapasitas 47 Megawatt (MW) yang sudah resmi beroperasi pada Juli 2019 lalu.
Baca Juga: PLN resmikan PLTA Rajamandala berkapasitas 47 MW
"Intinya kita akan mendukung pemerintah untuk mendorong energi bersih. Jadi kalau ada peluang, kita bangun," kata Ahsin selepas upacara peringatan HUT Kemerdekaan RI ke-74, yang bertempat di PLTA Rajamandala, kemarin.
Meski belum merinci detail proyek-proyek listrik EBT yang tengah digarap, namun Ahsin mengatakan bahwa 18 proyek itu terdiri dari aneka jenis EBT, khususnya PLTA dan juga energi surya. Ahsin mencontohkan, salah satu yang akan dibangun adalah Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Terapung di wilaayh perairan Saguling.
Untuk tahap pertama, sambung Ahsin, Indonesia Power berencana untuk membangun hingga 90 MW. Ia bilang, Indonesia Power sudah menyiapkan transmisi 150 kV agar penyaluran setrum dari PLTS ini bisa dikombinasikan dengan PLTA Rajamandala.
"Sesegera mungkin, anak perusahaan kita sudah bikin proposalnya. Yang penting transmisi sudah kita siapkan, jadi ada hybrid dari sesama pembangkit EBT," terangnya.
Selain dari sisi pembangkit, Indonesia Power juga akan terus mengembangkan program lingkungan unggulannya, yakni Tempat Olah Sampah Setempat (TOSS). Di samping mengolah sampah menjadi pellet, Program TOSS Indonesia Power di sekitar Unit Pembangkitan (UP) PLTS Saguling ini juga akan mengubah gulma eceng gondok menjadi briket.
Baca Juga: Usai commissioning test, PLTA Rajamandala siap pasok listrik ke sistem Jawa-Bali
"Program ini menggerakkan masyarakat. Jadi secara keekonomian, lingkungan dan dari sisi energi bisa terpenuhi," ujarnya.
Ahsin mengatakan, potensi limbah eceng gondok yang bisa diolah mencapai 7 ton per hari, yang bisa memproduksi hingga 3,5 ton briket dalam sehari. Briket tersebut, kata Ahsin, setara dengan batubara dengan nilai kalori antara 3.200 hingga 3.400 kcal/kg.
Sehingga, briket tersebut bisa dimanfaatkan sebagai substitusi batubara untuk bauran sumber energi Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU), pengganti bahan bakar untuk mesin diesel, atau untuk keperluan industri di wilayah Bandung dan sekitarnya.
"Banyak kegunaannya, kita bisa kerjasma dengan pihak mana pun," ujar Ahsin.
Ia pun mencontohkan Program TOSS yang sukses di Bali dan Lombok. Seperti di PLTU Jeranjang misalnya, penggunaan olahan sampah itu bisa menutupi 5% bauran batubara dari pembangkit tersebut.
Alhasil, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral pun mendukung program yang diusung Indonesia Power itu. Pada kesempatan yang sama, Direktur Jenderal EBTKE Kementerian ESDM F.X Sutijastoto mengatakan, sekitar 70% dari target EBT diaplikasikan dalam bentuk listrik.
Baca Juga: Terancam diterminasi, 24 proyek listrik energi terbarukan diberi tenggat Juni
Oleh sebab itu, program yang dijalankan oleh Indonesia Power ini dinilai sangat positif untuk mendorong tercapainya target bauran EBT sebesar 23% pada tahun 2025. Apalagi, sambung Sutijastoto, pada saat yang bersamaan Program TOSS ini juga menanggulangi permasalahan percemaran lingkungan.
"Indonesia Power sebagai lead-nya. Kalau ini terbangung, bisa mengurangi masalah lingkungan, sehingga sata optimsitis 23% target bauran EBT bisa tercapai," tandas Sutijastoto.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News