Sumber: Kompas.com | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
Nilai tambah feronikel
Mengutip pemberitaan Harian Kompas 26 November 2019, bijih nikel yang diolah menjadi feronikel nilainya naik hingga 10 kali lipat. Nilai nikel kian meroket sampai 19 kali lipat apabila feronikel diolah menjadi stainless steel. Begitu pula bijih bauksit yang diolah dan dimurnikan menjadi alumina, akan bernilai delapan kali lipat.
Alumina yang ditingkatkan menjadi aluminium akan bernilai hingga 30 kali lipat dibandingkan dengan saat masih berupa bijih bauksit. Selain itu, hilirisasi bisa mengatasi masalah defisit transaksi berjalan Indonesia. Sayangnya, sejak Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 disahkan, kepatuhan terhadap hilirisasi tidak pernah benar-benar ditegakkan. Imbasnya, banyak perusahaan tambang yang terlambat membangun smelter.
Baca Juga: Digugat Uni Eropa, Kejaksaan Agung siap dampingi pemerintah
Ekspor bijih nikel saat ini menyumbang sekitar 0,4% dari total ekspor dan perkiraan kami nilai ekspor akan berkurang sekitar US$ 65 juta setiap bulan (atau setara US$ 0,78 miliar per tahun). Namun, jumlah ini relatif kecil dibandingkan total ekspor keseluruhan Indonesia yang lebih dari US$ 180 miliar setiap tahun.
Hilangnya pendapatan ekspor dari bijih nikel tak signifikan walau tetap berdampak pada meningkatnya defisit transaksi berjalan secara langsung. Dampak hilangnya ekspor bijih nikel itu juga hanya akan berlangsung dalam jangka pendek. Dalam jangka panjang, ekspor produk hilir bijih nikel dengan nilai tambah yang lebih tinggi akan mampu membawa dampak positif pada transaksi berjalan Indonesia.
Baca Juga: Larangan ekspor nikel digugat Uni Eropa di WTO, Jokowi: Ya hadapi
Sebagai contoh, larangan ekspor mineral (termasuk nikel) 2014-2017 turut berdampak pada turunnya ekspor bijih nikel Indonesia sekitar US$ 1,5 miliar per tahun. Namun, ekspor produk hilir bijih nikel meningkat signifikan seiring kenaikan investasi pada industri terkait. Khususnya ekspor produk besi dan baja yang melesat dari US$ 1,1 miliar di 2014 menjadi US$ 5,8 miliar di 2018.
Sementara defisit neraca perdagangan besi dan baja menjadi lebih terkendali, terlepas adanya peningkatan impor besi dan baja untuk pembangunan infrastruktur pada periode yang sama.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Indonesia Raja Nikel Dunia, Puluhan Tahun Hanya Ekspor Bijih Mentah"
Penulis : Muhammad Idris
Editor : Muhammad Idris
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News