kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Indonesia sedang dibayangi ancaman impor daging ayam impor dari Brazil


Minggu, 25 April 2021 / 14:59 WIB
Indonesia sedang dibayangi ancaman impor daging ayam impor dari Brazil
ILUSTRASI. Penjualan daging ayam di gerai ritel modern di Jakarta, Minggu (6/12/2020).


Reporter: Dimas Andi | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indonesia sedang dibayangi oleh ancaman impor daging ayam impor dari Brazil, sehingga berpotensi mempengaruhi kondisi pasar perunggasan di dalam negeri.

Ketua Umum Gabungan Perusahaan Makanan Ternak (GPMT) Desianto Budi Utomo mengatakan, impor daging ayam dari Brazil sulit dihindari mengingat harga pokok produksi (HPP) ayam di sana terbilang murah yakni hanya sekitar Rp 10.000 per kilogram-Rp 11.000 per kilogram. Hal ini lebih murah dibandingkan HPP ayam di Indonesia yang bisa mencapai Rp 16.000-Rp 17.000 per kilogram.

Mahalnya HPP ayam di Indonesia tak lepas dari harga pakan yang cukup mahal, di mana sebagian di antaranya harus diimpor. “Jagung di Indonesia mahal dan kita bukan penghasil kedelai, sehingga harus impor,” ujar dia, Sabtu (25/4).

Menurut Desianto, para produsen pakan ternak skala besar maupun kecil harus sama-sama meningkatkan efisiensi produksi di segala lini, baik secara on farm maupun off farm.

Strategi budidaya unggas dengan sistem kandang tertutup juga dapat diterapkan mengingat hal ini sudah menjadi tren dalam industri perunggasan global. Dengan sistem kandang tertutup, maka rata-rata angka kematian unggas dapat turun menjadi 1%-2% secara nasional atau lebih baik ketimbang menggunakan kandang terbuka yang risiko kematian unggasnya berada di kisaran 6%-7%.

“Angka kematian unggas karena penggunaan obat juga bisa ditekan,” tambah dia.

Baca Juga: Widodo Makmur (WMUU) suplai 150 ton produk unggas per bulan ke Pangansari

Lebih lanjut, GPMT melihat ruang pertumbuhan industri pakan ternak masih cukup terbuka saat momentum Lebaran Idul Fitri tiba, yakni dengan potensi pertumbuhan penjualan sekitar 15%-20%.

Hanya saja pertumbuhan penjualan pakan ternak kemungkinan tidak merata di berbagai tempat seiring adanya larangan mudik dari pemerintah. Alhasil, permintaan produk pakan ternak akan cenderung lebih ramai di kota-kota besar.

Terlepas dari itu, proyeksi tersebut sudah cukup baik bagi industri pakan ternak yang notabene cukup bergantung pada industri perunggasan, termasuk tingkat konsumsi daging ayam di Indonesia. “Daging ayam merupakan makanan dengan protein hewani yang paling banyak di konsumsi masyarakat di Indonesia,” ungkap Desianto.

Sebelumnya, Sekretaris Perusahaan PT Mailindo Feedmill Tbk (MAIN) Andrea Andreas Hendjan mengaku, pihaknya tidak mengkhawatirkan adanya potensi impor daging ayam dari Brazil di Indonesia. Pihak MAIN tetap optimistis bahwa produk pakan ternak hingga ayam pedaging yang dihasilkan perusahaan tersebut akan mampu bersaing di pasar domestik.

“Untuk harga jual produk, kami tetap mengikuti mekanisme pasar yang berlaku,” tambah dia, Jumat (23/4).

Sekadar catatan, MAIN mengelola bisnis secara terintegrasi, mulai dari ternak dan pembibitan (breeding) ayam di sektor upstream, peternakan komersial di sektor midstream, dan pengolahan makanan di sektor downstream

Dari sisi kinerja keuangan, MAIN mengalami penurunan pendapatan sebesar 6% (yoy) menjadi Rp 7 triliun pada akhir tahun 2020. Perusahaan ini juga harus menderita rugi bersih sebesar Rp 38,83 miliar.

Selanjutnya: GPMT sebut rata-rata harga pakan ternak saat ini Rp 7.300 per kg

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Mastering Financial Analysis Training for First-Time Sales Supervisor/Manager 1-day Program

[X]
×