Reporter: Nur Qolbi | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Indonesian Tobacco Tbk (ITIC) optimistis penjualan dan laba bersih perusahaan bisa naik 15% pada tahun 2022. Proyeksi emiten tembakau iris ini lebih tinggi ketimbang tahun 2021 yang ditargetkan tumbuh 10%.
Untuk mencapai target tahun 2022, ITIC akan lebih fokus pada pemerataan distribusi dan perluasan wilayah distribusi. "Rencananya, pasar yang kami perluas wilayahnya adalah pasar di Kalimantan, Sulawesi, dan Nusa Tenggara Timur," kata Direktur Utama Indonesian Tobacco Djonny Saksono kepada Kontan.co.id, Jumat (25/3).
Ketiga pasar tersebut dipilih karena memiliki wilayah yang luas sekali. Menurutnya, masih sangat banyak kota, kabupaten, dan kecamatan yang belum dijangkau Indonesian Tobacco di Kalimantan, Sulawesi, maupun Nusa Tenggara Timur.
Baca Juga: Begini Rekomendasi Saham GGRM, HMSP, WIIM, dan ITIC
"Terlebih lagi, potensi konsumen pengisap tembakau iris atau yang dikenal dengan nama rokok linting sendiri jumlahnya sangat banyak di sana," tutur Djonny.
Faktor lain yang berpotensi mendorong penjualan tahun 2022 adalah pasar ekspor yang diprediksi kembali menggeliat. Hal ini sejalan dengan melandainya pandemi Covid-19 yang melonggarkan pembatasan di berbagai negara sehingga memungkinkan aktivitas ekspor-impor berjalan lebih lancar.
Kapasitas produksi ITIC juga masih memungkinkan untuk memenuhi kenaikan permintaan. Menurut Djonny, ITIC memiliki kapasitas produksi tembakau iris sekitar 4.000 ton (4 juta kilogram) per tahun, sementara utilisasi kapasitasnya baru sekitar 60%.
Baca Juga: Penjualan Indonesian Tobacco (ITIC) Tumbuh 6,3% Jadi Rp 238,4 Miliar Pada 2021
Sebagai informasi, sepanjang 2021, ITIC mencatatkan total kenaikan penjualan sebesar 6,3% year on year (yoy) menjadi Rp 238,4 miliar. Realisasi pertumbuhan tersebut lebih rendah dari target pertumbuhan yang sebesar 10%.
Menurut Djonny, penjualan yang tidak sesuai target tersebut bukan disebabkan oleh masalah besar, melainkan hanya faktor teknis pengiriman pesanan. Pada awal tahun 2021, ada beberapa pesanan yang sudah diberangkatkan di akhir tahun 2020.
Kemudian, ada beberapa pesanan pada akhir tahun 2021 yang mengalami sedikit penundaan sehingga baru bisa diberangkatkan pada awal tahun 2022. Djonny menyampaikan, bagi perusahaan, hal-hal seperti ini merupakan hal yang sudah biasa dan wajar, mengingat hampir semua pasarnya berada di luar Pulau Jawa.
Baca Juga: Indonesian Tobacco (ITIC) Tak Terganggu Kenaikan Tarif Cukai
Secara rinci, kenaikan penjualan 2021 didukung oleh pertumbuhan penjualan ke pasar lokal. Sebelum dikurangi retur dan diskon, penjualan domestik ITIC naik 6,6% yoy, dari Rp 227,43 miliar menjadi Rp 242,4 miliar. Sebaliknya, penjualan ke pasar ekspor justru merosot 31,3% yoy, dari Rp 2,05 miliar menjadi Rp 1,4 miliar.
ITIC sudah mendistribusikan produknya ke kawasan Asia, seperti Malaysia, Singapura, dan Jepang. Di dalam negeri, ITIC memasarkan produknya ke Papua, Kalimantan (Kalimantan Barat dan Kalimantan Timur), Sulawesi (Gorontalo dan Manado), Nusa Tenggara Timur (Kupang, Waingapu, Maumere, dan Atambua), Sumatera (Jambi dan Pekanbaru), Jawa Tengah, serta di sekitar Malang.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News