Reporter: Amalia Nur Fitri | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Emiten produsen tembakau iris PT Indonesian Tobacco Tbk (ITIC) mengatakan pihaknya tidak terkena dampak apapun atas kenaikan harga rokok yang naik akibat penerapan tarif cukai yang rata-rata 12% tahun ini.
Direktur Utama Indonesian Tobacco Djonny Saksono menambahkan kenaikan harga rokok juga tidak mempengaruhi kinerja kami (ITIC), karena produknya beda dengan rokok. "Kenaikan harga rokok tidak mempengaruhi kinerja kami (ITIC), karena produk kami beda dengan rokok. Konsumen kami beda dengan konsumen rokok pada umumnya," tuturnya kepada Kontan, Selasa (15/3).
Sebagai informasi, harga rokok di awal tahun ini sudah merangkak naik. Salah satu pemantik kenaikan harga rokok adalah penerapan tarif cukai yang rata-rata 12% pada tahun ini.
Di saat yang sama, ada tarif Pajak Pertambahan Nilai (PPN) untuk rokok sebesar 9,1%. Tarif PPN rokok lebih rendah ketimbang PPN barang dan jasa lainnya yang akan naik dari 10% menjadi 11% mulai 1 April 2022.
Baca Juga: Harga Jual Eceran Rokok Meningkat, Begini Tanggapan Indonesian Tobacco (ITIC)
Lebih lanjut, Djonny mengatakan bila penjualan rokok lintingnya hingga Maret ini mencetak kinerja apik. Sampai dengan bulan Maret tahun 2022 ini, ITIC mencatat penjualan di atas 10%. ITIC berharap hal ini bisa berlanjut sampai dengan akhir tahun 2022.
Sementara itu, Djonny menambahkan jika pada tahun 2021 penjualan ITIC ada peningkatan sedikit dibandingkan tahun 2020 yang lalu. Besarannya tidak banyak, yakni hanya single digit saja. Namun demikian, ITIC mensyukuri dan memanfaatkan hal ini untuk memacu kinerja yang lebih baik pada tahun 2022.
"Untuk tahun 2022 ini kami menargetkan pertumbuhan pendapatan dan laba masing-masing sebesar 15%. Kami akan berusaha lebih keras dan lebih baik untuk mencapai target ini," lanjutnya.
Ia melanjutkan, capex yang disiapkan untuk tahun 2022 ini sekitar Rp 15 milyar yang digunakan untuk perawatan atau renovasi fasilitas ruang produksi, dan maintainance atau peremajaan beberapa mesin produksi.
Djonny mengatakan tahun ini pihaknya masih berhadapan dengan kondisi keuangan dan daya beli masyarakat yang kadang kala tidak menentu tergantung harga hasil bumi. Ia memprediksi, tantangan berikutnya adalah berhadapan dengan produk-produk rokok dan tembakau yang menggunakan cukai palsu.
"Masalah ini sudah menjadi masalah negara dan masalah nasional yang menggerogoti keuangan negara dan merugikan negara. Semoga masalah ini bisa tertangani dengan tegas dan dibasmi sampai tuntas. Namun di sisi lain, kami juga melihat daya beli masyarakat yang meningkat karena membaiknya masalah pandemi covid 19 sehingga keuangan konsumen bisa lebih baik dan bisa meningkatkan konsumsi. Dengan demikian, kami terus akan meningkatkan pemerataan distribusi serta menambah area pemasaran produk kami untuk mencapai target di tahun 2022 ini," tutupnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News