kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Indosat (ISAT) Anggarkan Capex Rp 13 Triliun, Simak Strategi Bisnisnya di Tahun Ini


Kamis, 13 April 2023 / 07:09 WIB
Indosat (ISAT) Anggarkan Capex Rp 13 Triliun, Simak Strategi Bisnisnya di Tahun Ini
ILUSTRASI. Strategi kinerja Indosat (ISAT) di tahun 2023


Reporter: Amalia Nur Fitri | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Indosat Ooredoo Hitchson Tbk (ISAT) menganggarkan dana belanja modal atawa capital expenditure (capex) sebesar Rp13 triliun di tahun 2023.

Dalam acara Media Update bertajuk Jaringan Indosat Terintegrasi Siap Sambut Mudik Lebaran 2023, President Director dan CEO Indosat Ooredoo Hutchison Vikram Sinha menyampaikan melalui capex ini, pihaknya akan fokus pada ekspansi jaringan di kawasan Indonesia Timur.

"Kami sediakan capex Rp13 triliun tahun ini seiring dengan terlaksananya integrasi jaringan 100% yang sudah terjadi," ujarnya di Jakarta, Rabu (12/4).

Vikram mengatakan, setelah sukses menyelesaikan integrasi tersebut pihaknya akan melakukan transformasi. Hal ini meliputi modernisasi jaringan, aset serta ekspansi ke tempat-tempat yang baru. 

Baca Juga: Selesaikan Integrasi Jaringan, Indosat Ramal Trafik Naik 20% pada Momen Lebaran

Melalui capex yang disiapkan tersebut, ISAT akan membangun pula lebih banyak site di pedesaan, terutama di kawasan Indonesia Timur.

"Mengenai cost yang dikeluarkan dalam proses integrasi jaringan, kami tidak bisa dicose. Ada cost yang sudah menjadi bagian dari proses tersebut yang nilainya akan tertera pada laporan keuangan nanti," jelasnya.

Ia melanjutkan, ISAT menargetkan bahwa sampai 2025 nanti, bertekad menambah jaringan ke desa-desa dan menambah lebih dari 10.000 BTS.

Vikram menegaskan, ISAT akan fokus di kawasan yang sebelumnya belum ada jaringan. Selain itu, pihaknya fokus juga ke customer experience.

Sebagai informasi, pada 2022 lalu ISAT menyerap belanja modal sebesar Rp 12,01 triliun. Pengeluaran belanja modal ini tidak termasuk Rp10,02 triliun untuk aset hak guna. 

Dari total pengeluaran belanja modal tersebut sekitar 93,3% digunakan untuk bisnis selular ISAT untuk mendukung permintaan layanan data. Sementara itu, sisanya dialokasikan pada pengeluaran modal untuk MIDI, infrastruktur, dan TI. 

Lebih lanjut, ISAT menargetkan pertumbuhan kinerja secara keseluruhan sejalan dengan pertumbuhan industri telekomunikasi di 2023, yakni 5%-6%. 

"Industri telekomunikasi bergerak ke arah yang tepat pada 2023. Tahun ini, menurut Vikram industri telekomunikasi diharapkan akan bertumbuh 5%-6% dan Indosat meyakini pertumbuhan industri telekomunikasi akan berjalan baik," papar dia.

Sebagai informasi, sepanjang 2022, ISAT membukukan pendapatan sebesar Rp 46,75 triliun, meningkat 48,9% dibandingkan tahun 2021 yang sebesar Rp 31 triliun. 

Layanan selular, MIDI, dan telekomunikasi tetap milik ISAT masing-masing memberikan kontribusi sebesar 86,1%, 12,2%, dan 1,7% terhadap pendapatan usaha konsolidasian yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2022.

 

Pendapatan selular ISAT meningkat sebesar 58,4% dibandingkan tahun 2021, terutama disebabkan oleh peningkatan pendapatan data, jasa nilai tambah dan interkoneksi yang diimbangi penurunan pendapatan telepon, SMS, dan sewa menara.

Lalu, pendapatan MIDI meningkat sebesar 5,7% dibandingkan tahun 2021, disebabkan oleh peningkatan pendapatan layanan IT dan internet tetap. Sementara itu, pendapatan telekomunikasi tetap meningkat sebesar 36,3% dibandingkan tahun 2021, yang dikontribusikan oleh kenaikan pendapatan telepon internasional dan pendapatan jaringan tetap.

Namun demikian, ISAT membukukan penurunan laba bersih sebesar Rp 4,72 triliun atau turun 30% dibandingkan tahun 2021 yang sebesar R p6,75 triliun. 

Penurunan ini terutama disebabkan oleh peningkatan beban operasional, peningkatan beban depresiasi dan amortisasi, serta peningkatan biaya finansial, sebagai dampak dari penggabungan dua perusahaan, yang diimbangi oleh peningkatan pendapatan.

 
 
 
 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×