kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.200   59,45   0,83%
  • KOMPAS100 1.107   11,93   1,09%
  • LQ45 878   11,94   1,38%
  • ISSI 221   1,25   0,57%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,59   1,05%
  • IDX80 127   1,36   1,08%
  • IDXV30 135   0,76   0,57%
  • IDXQ30 149   1,76   1,20%

Siapkan Capex Rp 13 Triliun, Indosat Fokus Ekspansi Jaringan ke Indonesia Timur


Rabu, 12 April 2023 / 20:15 WIB
Siapkan Capex Rp 13 Triliun, Indosat Fokus Ekspansi Jaringan ke Indonesia Timur
Direksi PT Indosat Ooredoo Hutchison Tbk (ISAT) dalam acara Media Update bertajuk Jaringan Indosat Terintegrasi Siap Sambut Mudik Lebaran 2023.


Reporter: Amalia Nur Fitri | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Indosat Ooredoo Hitchson Tbk (ISAT) tahun ini menyiapkan dana capex senilai Rp13 triliun tahun ini. 

Dalam acara Media Update bertajuk Jaringan Indosat Terintegrasi Siap Sambut Mudik Lebaran 2023, President Director dan CEO Indosat Ooredoo Hutchison Vikram Sinha menyampaikan melalui capex ini, pihaknya akan fokus pada ekspansi jaringan di kawasan Indonesia Timur.

"Kami sediakan capex Rp13 triliun tahun ini seiring dengan terlaksananya integrasi jaringan 100% yang sudah terjadi," ujarnya di Jakarta, Rabu (12/4).

Vikram mengatakan, setelah sukses menyelesaikan integrasi tersebut pihaknya akan melakukan transformasi. Hal ini meliputi modernisasi jaringan, aset serta ekspansi ke tempat-tempat yang baru. 

Baca Juga: Selesaikan Integrasi Jaringan, Indosat Ramal Trafik Naik 20% pada Momen Lebaran

Melalui capex yang disiapkan tersebut, ISAT akan membangun pula lebih banyak site di pedesaan, terutama di kawasan Indonesia Timur.

"Mengenai cost yang dikeluarkan dalam proses integrasi jaringan, kami tidak bisa dicose. Ada cost yang sudah menjadi bagian dari proses tersebut yang nilainya akan tertera pada laporan keuangan nanti," jelasnya.

Ia melanjutkan, ISAT menargetkan bahwa sampai 2025 nanti, bertekad menambah jaringan ke desa-desa dan menambah lebih dari 10.000 BTS.

Vikram menegaskan, ISAT akan fokus di kawasan yang sebelumnya belum ada jaringan. Selain itu, pihaknya fokus juga ke customer experience.

Sebagai informasi, pada 2022 lalu ISAT menyerap belanja modal sebesar Rp12,01 triliun. Pengeluaran belanja modal ini tidak termasuk Rp10,02 triliun untuk aset hak guna. 

Dari total pengeluaran belanja modal tersebut sekitar 93,3% digunakan untuk bisnis selular ISAT untuk mendukung permintaan layanan data. Sementara itu, sisanya dialokasikan pada pengeluaran modal untuk MIDI, infrastruktur, dan TI. 

Lebih lanjut, ISAT menargetkan pertumbuhan kinerja secara keseluruhan sejalan dengan pertumbuhan industri telekomunikasi di 2023, yakni 5-6%. 

"Industri telekomunikasi bergerak ke arah yang tepat pada 2023. Tahun ini, menurut Vikram industri telekomunikasi diharapkan akan bertumbuh 5-6% dan Indosat meyakini pertumbuhan industri telekomunikasi akan berjalan baik," papar dia.

Sebagai informasi, sepanjang 2022, ISAT membukukan pendapatan sebesar Rp46,75 triliun, meningkat 48,9% dibandingkan tahun 2021 yang sebesar Rp31 triliun. 

Layanan selular, MIDI, dan telekomunikasi tetap milik ISAT masing-masing memberikan kontribusi sebesar 86,1%, 12,2%, dan 1,7% terhadap pendapatan usaha konsolidasian yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2022.

 

Pendapatan selular ISAT meningkat sebesar 58,4% dibandingkan tahun 2021, terutama disebabkan oleh peningkatan pendapatan data, jasa nilai tambah dan interkoneksi yang diimbangi penurunan pendapatan telepon, SMS, dan sewa menara.

Lalu, pendapatan MIDI meningkat sebesar 5,7% dibandingkan tahun 2021, disebabkan oleh peningkatan pendapatan layanan IT dan internet tetap. Sementara itu, pendapatan telekomunikasi tetap meningkat sebesar 36,3% dibandingkan tahun 2021, yang dikontribusikan oleh kenaikan pendapatan telepon internasional dan pendapatan jaringan tetap.

Namun demikian, ISAT membukukan penurunan laba bersih sebesar Rp4,72 triliun atau turun 30% dibandingkan tahun 2021 yang sebesar Rp6,75 triliun. 

Penurunan ini terutama disebabkan oleh peningkatan beban operasional, peningkatan beban depresiasi dan amortisasi, serta peningkatan biaya finansial, sebagai dampak dari penggabungan dua perusahaan, yang diimbangi oleh peningkatan pendapatan.

 
 
 
 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×