Reporter: Kenia Intan | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Gencarnya pembangunan infrastruktur nampaknya belum mampu mengerek penjualan bus Hino secara signifikan. Disampaikan Santiko Wibowo, Direktur Penjualan dan Promosi PT Hino Motors Sales Indonesia (HMSI), penjualan bus sepanjang 2019 diproyeksikan menurun menjadi sekitar 1.250 unit.
"Karena faktor pemilu di semester satu," ungkapnya ketika dihubungi Kontan.co.id, Kamis (26/9). Santiko merasa, pemilu menjadi faktor paling signifikan yang memperlambat penjualan, bahkan pembangunan infrastruktur tidak mampu mengimbanginya.
Melihat kondisi pasar sejauh ini, diperkirakan penjualan HMSI secara keseluruhan ikut menurun di angka 37.000 unit. Padahal berdasarkan data yang dihimpun Kontan.co.id sebelumnya, HMSI menargetkan kenaikan penjualan 12% menjadi 45.000 unit.
Baca Juga: Bebas ganjil genap, sederet artis dan pejabat antre beli Tesla Model 3
Khusus bus, Santiko bilang, penjualannya akan menurun 9,8% menjadi sekitar 1.250 unit. Pada tahun sebelumnya penjualan bus Hino mencapai 1.387 unit. Meskipun menurun, Hino yakin masih bisa mempertahankan pangsa pasar bus Indonesia yang mencapai 80%.
Adapun seri bus yang digemari oleh pasar sejauh ini adalah RK 260. Bus seri ini memiliki mesin yang bandel serta biaya operasi yang lebih hemat hingga 30% dibandingkan pesaing yang lain. Asal tahu saja, kontribusi penjualan bus untuk HMSI masih tergolong kecil yakni 10% saja.
Sementara itu, pada kesempatan sebelumnya, distributor resmi Volvo, PT Wahana Inti Selaras melihat untuk penjualan bus masih stagnan. "Ada trans jawa, tiket pesawat naik, jadi untuk antar kota masih oke," ungkap Chief Executive Officer PT Wahana Inti Selaras Bambang Prijono.
Baca Juga: Perlambatan industri otomotif diyakini tidak hambat industri modifikasi
Bus Volvo sendiri tidak berkontribusi besar terhadap penjualan PT Wahana Inti Selaras secara keseluruhan. Sebabnya, bus Volvo menyasar kelas premium. Bambang menerangkan, dari kurang lebih 5.000 unit pasar bus di Indonesia, Volvo baru berkontribusi sekitar 50 unit saja.
Sementara itu, pemesanan di industri karoseri menurun sebesar kurang lebih 10%. Sekretaris Jenderal (Sekjend) Asosiasi Karoseri Indonesia (Askarindo) T.Y. Subagyo, bilang penurunan ini dikarenakan permintaan transporter yang tengah lesu.
Akan tetapi, penurunan paling signifikan justru disebabkan oleh lesunya permintaan karoseri truk akibat kebijakan pembatasan muatan over dimension & over loading (ODOL) yang terus digalakkan.
Baca Juga: Brexit mendorong produsen mobil Inggris untuk memacu produktivitas
Adapun pemesanan karoseri untuk bus atau penumpang lebih banyak ditopang dari permintaan pemerintah, sehingga tidak begitu berdampak terhadap penurunan di industri karoseri. Asal tahu saja, pemesanan dari karoseri bus mengambil porsi 15% dari total permintaan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News