kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,75   -27,98   -3.02%
  • EMAS1.327.000 1,30%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Industri dan PGAS makin terjepit pasokan gas


Rabu, 20 Februari 2013 / 11:27 WIB
Industri dan PGAS makin terjepit pasokan gas
ILUSTRASI. Warga berkunjung ke salah satu pusat perbelanjaan di Kota Batam, Kepulauan Riau, Rabu (11/8/2021). ANTARA FOTO/Teguh Prihatna/wsj.


Reporter: Azis Husaini | Editor: Azis Husaini

JAKARTA. Pengusaha di sektor industri petrokimia khususnya di Kawasan Industri Medan terus mendesak pemerintah segera mengalihkan gas dari kilang LNG Arun untuk industri. Sebab hanya cara itu yang bisa menyelamatkan industri di Medan dari ancaman gulung tikar.

Dengan demikian, mereka meminta agar rencana Pemerintah untuk mengalokasikan   gas sebanyak 12 kargo atau setara dengan 200 million standard cubic fee per day (mmscfd) dari Arun untuk  pembangkit listrik PLN dibatalkan.

Fajar Budiono, Sekretaris Jenderal Asosiasi Industri Olefin Aromatik dan Plastik Indonesia (Inaplas) mendesak agar gas dari Arun mesti dialihkan untuk kebutuhan industri bukan malah diperuntukan untuk PLN. "Sejak awal kami sudah bilang ke pemerintah, supaya PLN pakai batubara saja, jangan pakai gas," kata dia kepada KONTAN, Selasa (19/2).

Dia menjelaskan, jika PLN memakai gas tentu saja terlalu mewah. Untuk itu, sebaiknya PLN membangun Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) bukan membangun Pembangkit Listrik Tenaga Gas Uap (PLTGU). "Memang PLN katanya mau beli gas dari Arun itu dengan harga di atas US$ 10 per mmbtu, tetapi jangan samakan kami dengan PLN dong, kami kan sudah bayar pajak dan sebagainya, jadi berat kalau harganya tinggi," ungkap dia.

Fajar bilang, selama ini harga gas dari Perusahaan Gas Negara (PGN) ke mereka US$ 8 per mmbtu. Dan ia berharap, kalau gas dialihkan ke mereka, harga tidak dinaikkan, karena sudah wajar. "Kalau nanti gas itu dialihkan ke industri dan Arun minta harganya US$ 20 per mmbtu tentu kami akan menolak," katanya.

Seperti telah ditulis KONTAN, saat ini industri di Medan sedang kekurangan gas.  Jika mereka tidak bisa mendapatkan gas, industri-industri yang berbahan baku gas tentu berhenti beroperasi.

Selama ini industri di Medan mendapat pasokan gas dari ladang gas Pangkalan Susu, Sumatera Utara milik Pertamina EP dan ladang gas Kambuna, Sumatera Selatan yang dioperasikan oleh Pertamina EP bersama Salamander Energy NSL dan disalurkan PGN. Namun pasokan gas dari kedua lapangan tersebut hanya mencapai 7 mmscfd sampai 8 mmscfd. Sementara kebutuhannya 25 mmscfd.

Kontrak diputus  

Senada dengan kalangan industri, PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) juga tidak sanggup jika harga gas dari Arun terlampau tinggi. Menurut Corporate Communication Vice President PGAS Ridha Ababil mengungkapkan, gas untuk keperluan LNG Regasifikasi Arun itu diambil dari Tangguh, Papua Barat. "Jadi bisa dibayangkan harganya pasti mahal, kami juga tidak sanggup kalau harganya terlalu mahal," ungkap dia.

Menurutnya, sejauh ini PGN masih mengandalkan pasokan gas dari Pangkalan Susu dan Ladang Gas Kambuna. "Kami berharap dari kedua ladang gas itu kontraknya itu bisa diperpanjang. Kebetulan berakhir Maret ini," ungkap dia.

Selain itu juga pihaknya sedang mencari ladang gas lain untuk mencari pasokan gas untuk kebutuhan industri di Medan. "Kalau jangka pendek ya kami terus berusaha mencari di Sumatera, kalau jangka panjang bangun infrastruktur lagi," imbuh dia.

Sayang keinginan PGAS untuk memperpanjang kontrak jual beli gas di ladang gas Kambuna tidak akan berbuah manis. Direktur Utama Pertamina EP Syamsu Alam mengatakan, penurunan produksi di ladang Kambuna saat ini sangat tajam. "Cadangan terbaru di Kambuna tidak sesuai perhitungan awal, maka suplai gas ke PGN tidak mungkin diperpanjang," kata dia.

Namun untuk pasokan dari ladang Pangkalan Susu masih akan diperpanjang. "Tapi jumlah pasokannya akan berkurang," ungkap dia.     

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×