Reporter: Muhammad Yazid | Editor: Asnil Amri
JAKARTA. Pengusaha di Kawasan Industri Medan (KIM) di Sumatera Utara disergap kekhawatiran. Selain pasokan gas yang terus turun, ada ancaman pasokan gas terhenti di bulan Maret lantaran habisnya kontrak jual beli gas antara Pertamina EP dengan PT Perusahaan Gas Negara Tbk.
Ahmad Safiun, Ketua Forum Industri Pengguna Gas Bumi (FIPGB) mengatakan, jika bulan Maret nanti tak ada lagi pasokan gas yang mengalir ke KIM bisa dipastikan akan ada perusahaan gulung tikar.
Saat ini, di sana, ada sekitar 50 pabrik dari pelbagai sektor, antara lain industri bahan makanan dan minuman, industri pengolahan kelapa sawit serta industri petrokimia.
Dengan kebutuhan gas di KIM berkisar 25 million metric standard cubic feet per day (mmscfd), "Saat ini, pasokan gas yang ada cuma tujuh hingga delapan mmscfd," katanya kepada KONTAN, Senin (18/2). Pemindahan lokasi floating storage regasification unit (FSRU) dari Medan ke Lampung membikin pasokan kian seret.
Agar bisa bertahan, saat ini, para pengusaha menggantikan gas dengan bahan bakar lain seperti dari cangkang sawit, elpiji, serta batubara. Pukulan terberat, kata Ahmad, terjadi di industri berbahan baku pupuk serta petrokimia yang menggunakan gas sebagai bahan baku. Mereka mengurangi produksi. Jka pasokan gas tak kunjung normal, mereka bisa berhenti produksi. Efeknya, mereka harus memberhentikan karyawan.
Fajar Budiono, Sekretaris Jenderal Asosiasi Industri Ofelin Aromatik dan Plastik Indonesia (Inaplas) mendesak pemerintah tanggap persoalan ini. "Pemerintah harus bisa memberikan kepastian pasokan gas guna menjamin keberlangsungan kegiatan usaha kami di Medan," ujar dia.
Pangkal persoalan merosotnya pasokan gas, kata Ridha Ababil, Vice Corporate Communications lantaran sumur gas milik Pertamina EP di Pangkalan Susu yang mengalirkan gas ke KIM sudah tua. Walhasil, sejak 2012, pasokan gas ke KIM cuma 7 mmscfd, turun setengahnya dibandingkan jumlah sebelumnya.
Jika kontrak diperpanjang pun, pasokan gas tetap tetap masih kurang. PGAS berharap bisa memperoleh tambahan gas dari terminal regasifikasi Arun atau Conoco Philips di Riau dan Sumatera Selatan.
Jero Wacik, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengatakan, pemerintah terus berupaya memperbanyak pasokan gas. Namun, ini tidak bisa dilakukan dalam waktu singkat karena produksi gas di masa lalu telah terikat perjanjian kontrak ekspor. "Kalau ada kontrak-kontrak baru, kami pastikan untuk kebutuhan domestik," kilah Jero. Ini artinya, industri di KIM masih harus bersabar. Namun, jika kuat, pilihannya adalah gulung tikar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News