kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.499.000   -40.000   -2,60%
  • USD/IDR 15.935   0,00   0,00%
  • IDX 7.246   -68,22   -0,93%
  • KOMPAS100 1.110   -11,46   -1,02%
  • LQ45 880   -11,76   -1,32%
  • ISSI 222   -0,92   -0,41%
  • IDX30 452   -6,77   -1,48%
  • IDXHIDIV20 545   -7,80   -1,41%
  • IDX80 127   -1,32   -1,03%
  • IDXV30 136   -1,06   -0,77%
  • IDXQ30 150   -2,29   -1,50%

Industri Farmasi Bersiap Hadapi Impor


Kamis, 04 Februari 2010 / 08:48 WIB
Industri Farmasi Bersiap Hadapi Impor


Sumber: Kontan | Editor: Test Test

JAKARTA. Walau tidak terlalu mengkhawatirkan berlakunya perjanjian perdagangan bebas ASEAN-China (AC-FTA), pelaku industri farmasi mulai mengatur berbagai strategi agar mereka lebih efisien. Dengan begitu, produk mereka lebih kompetitif menghadapi serbuan impor.


Misalnya saja PT Kalbe Farma Tbk (KLBF). Perusahaan publik ini akan terus memperkuat produksi dan meningkatkan efisiensi. "Kami juga akan memperkuat jaringan distribusi. Soalnya di sinilah kekuatan produsen domestik," kata Direktur Kalbe Farma Vidjongtius, Rabu (3/2).

Vidjongtius mengaku tidak gentar menghadapi obat-obat impor, termasuk yang dari China. Soalnya, selama ini beberapa produsen asing juga sudah masuk ke Indonesia, bahkan membikin pabrik di Indonesia. Jadi, masuknya obat-obat asing paska berlakunya perjanjian perdagangan bebas tersebut tak perlu ditakuti.

"Kalau mengenal medan, yaitu distribusi dan produksi, maka kita akan tetap mendominasi," ujar Vidjongtius. Optimisme Vidjongtius ini tidak berlebihan. Ia menghitung, pemain asing tidak otomatis menguasai local taste atau karakteristik pasar domestik.

Sementara Sekretaris Jenderal Gabungan Perusahaan (GP) Farmasi Budi Prasetio mengatakan akan menggiring anggotanya fokus pada produk yang potensi pasarnya besar. "Kalau dari produksi 100 jenis obat dan yang terserap cuma 70 obat, maka yang 30 obat dikikis. Lalu, kuantitas 70 obat itu dinaikkan," kata Budi.

Budi memperkirakan, potensi nilai pasar obat-obatan di dalam negeri tahun ini mencapai Rp 30 triliun. Ini di luar obat generik. "Sekitar 5-7% dari itu impor substance, tetapi manufakturnya sudah di Indonesia," terang Budi.

GP Farmasi juga akan bertemu dengan pemerintah untuk membahas industri farmasi di era perdagangan bebas ini. Dalam pertemuan tersebut, para pengusaha farmasi akan menanyakan ketegasan pemerintah dalam melindungi industri farmasi lokal tanpa melanggar komitmen AC-FTA maupun aturan perniagaan WTO.

Sekjen International Pharmaceutical Manufacturers Group (IPMG) Parulian Simanjuntak merisaukan obat ilegal bakal masuk Indonesia. "Makanya kami berharap Bea Cukai menjaga konsistensi pelaksanaan fungsi pengawasannya," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Kiat Cepat Baca Laporan Keuangan Untuk Penentuan Strategi dan Penetapan Target KPI Banking and Credit Analysis

[X]
×