kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45927,64   6,18   0.67%
  • EMAS1.325.000 -1,34%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Industri Film Nasional Bangkit, Pelaku Usaha Perfilman Antusias


Sabtu, 14 Mei 2022 / 18:35 WIB
Industri Film Nasional Bangkit, Pelaku Usaha Perfilman Antusias
ILUSTRASI. Industri film tanah air mulai menunjukkan tren pemulihan setelah terpukul pandemi Covid-19.


Reporter: Akmalal Hamdhi | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Industri film tanah air mulai menunjukkan tren pemulihan setelah terpukul pandemi Covid-19. Bukan hanya menjadi kerinduan besar bagi penonton, momentum ini juga sangat dinantikan segenap orang yang berada dibalik proses produksi film.

Sebut saja, film "KKN di Desa Penari" karya MD Pictures yang tayang baru-baru ini. Berdasarkan informasi dari akun instagram MD Pictures (14/5), film tersebut sukses menjadi film horor terlaris di Indonesia yang telah ditonton lebih dari 5 juta orang dalam 14 hari penayangan. Film ini sebelumnya sempat beberapa kali batal tayang karena berbagai alasan yang salah satunya pandemi Covid-19.

Meredanya pandemi Covid-19 menjadi angin segar bagi siapapun tak terkecuali bagi pelaku usaha yang bergerak di industri film. Kembalinya aktivitas masyarakat membuat proses produksi akhirnya bisa berjalan kembali.

Ketua Umum Asosiasi Produser Film Indonesia (Aprofi) Edwin Nazir menyampaikan, dalam beberapa bulan terakhir, industri film memang telah menunjukkan tren pemulihan. “Beberapa bulan terakhir, perkembangan sangat baik terjadi di industri film. Dilihat dari sejumlah film di bioskop yang meraih banyak penonton. Setelah sebelumnya selama masa pandemi, industri film sangat terpukul,” ungkapnya kepada Kontan.co.id, Jumat (13/5).

Baca Juga: Usai Rilis Film KKN di Desa Penari, Ini Rencana MD Pictures (FILM) Berikutnya

Aprofi pun berharap ke depannya kondisi seperti ini terus membaik. Sehingga, industri film nasional bisa sepenuhnya pulih dan mendapatkan atensi lebih besar lagi dari sebelum masa pandemi.

Senada, Produser Paragon Pictures Ellen Xie mengatakan, kondisi industri film saat ini sudah mulai membaik. Meskipun belum sepenuhnya pulih, namun dirinya bersyukur proses produksi di lokasi syuting bisa dilaksanakan.

“Kondisi saat ini belum kembali normal 100%, protokol kesehatan di dalam produksi masih tetap dijalankan. Untuk saat ini semua sedang wait and see dampak libur Lebaran, jika tidak ada kenaikan signifikan, semoga semua bisa kembali normal lagi,” tutur Ellen.

Terlebih lagi, secara kualitas tayangan, film Indonesia dinilai mengalami perkembangan signifikan. Ellen bilang, dengan beberapa film terakhir yang tayang di Indonesia, kekuatan cerita dan visual sudah jauh lebih berkembang dan menjadi sangat baik.

“Masyarakat sudah sangat percaya dengan hasil sutradara-sutradara lokal. Beberapa film kita sempat menjadi nomer 1 juga di Netflix Indonesia seperti Penyalin Cahaya,” tambahnya.

Baca Juga: KKN di Desa Penari Jadi Film Horor Indonesia Terlaris, Capai 4,5 Juta Penonton!

Ellen berharap besar ke depannya tidak ada kasus Covid-19 lagi. Dengan demikian, kesuksesan dari penayangan film seperti "KKN di Desa Penari" dapat terus berlanjut ke produksi-produksi film Indonesia lainnya.

Dihubungi terpisah, seorang sutradara, penulis skenario dan produser film kenamaan di Indonesia, Andy Bachtiar Yusuf menyampaikan, saat ini film Indonesia tidak kalah saing dengan buatan luar negeri. Dalam konteks pasar lokal, film-film nasional sudah banyak dicintai oleh penonton misalnya film "KKN di Desa Penari".

Menurutnya, andai bioskop Cinema XXI bukan distributor Hollywood maka film "KKN di Desa Penari" akan jauh lebih melejit dibandingkan film "Dokter Strange" yang juga sedang ramai ditonton.

Hanya saja, lanjut Andy, jika ingin berbicara persaingan secara global dengan industri film asing (Hollywood), maka industri film nasional tentu masih kalah jauh bersaing. “Industri film kita masih jauh bersaing dengan industri film asing. Kebanyakan bujet produksi kita itu saja nilainya mungkin cuma setengah dari total budget katering produksi di Amerika atau bahkan Korea,” kata Andy.

Selain itu, untuk bersaing dengan industri film asing membutuhkan peran besar dari pemerintah. Menurut Andy, di seluruh dunia, secara umum industri lokal sedang bersaing dengan Hollywood, Eropa, Amerika Selatan, India hingga Korea.

“Nah, negara-negara itu beberapa powernya lebih kuat daripada industri kita, proteksi pemerintah terhadap produk lokal pun biasanya ada. Jadi, sebenernya kita mampu bersaing. Tapi persaingan lokal vs Hollywood yang raksasa itu hanya bisa dilawan dengan bantuan pemerintah. Sama kok dengan bisnis-bisnis lainnya,” jelas Andy.

Kendati demikian, Andy menilai film-film Indonesia punya peluang besar untuk berkembang lebih baik lagi berkat distribution channel yang bertambah. Kehadiran layanan over the top (OTT) seperti Netflix, Vidio dan lain sebagainya bakal menambah exposure film-film nasional.

Hanya saja, tantangannya adalah apakah melalui platform tersebut pelaku usaha perfilman dapat menciptakan lebih banyak opsi tontonan kepada masyarakat.

“Masalahnya adalah apakah kesempatan ini bisa dipakai untuk memberi lebih banyak opsi tontonan menjadi beragam. Sebab, beberapa OTT pada akhirnya hanya seperti memindahkan materi televisi ke OTT. Saya melihat ini jadi tantangan, bagaimana kreator bisa membuat sesuatu yang beragam dan sukses sebagai pilihan tontonan publik,” imbuh Andy.

Baca Juga: Film Horor hingga Film Romantis, Inilah Film-Film Indonesia Terbaru di Netflix

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×