Reporter: Maria Elga Ratri | Editor: Fitri Arifenie
JAKARTA. Industri hilir karet yang melar membuat kebutuhan karet alam nasional juga mengalami lonjakan. Azis Pane, Ketua Dewan Karet (DKI) Indonesia mengatakan, serapan karet alam untuk industri hilir mengalami kenaikan antara 9,44% sampai 18,56% dibandingkan tahun lalu.
Merujuk data Kementrian Industrian (Kemprin), tahun lalu, penyerapan kebutuhan karet alam nasional mencapai 548.255 ton. Jumlah ini naik 5,94% dibandingkan tahun sebelumnya. Pada 2011, serapan karet nasional sebesar 517.524 ton."Tahun ini, serapan karet alam untuk industri hilir nasional bisa mencapai 600.000 sampai 650.000 ton," kata Azis saat dihubungi KONTAN, Selasa (25/6). Sayang, ia tak menyebut realisasi serapan kebutuhan karet alam untuk industri hilir pada semester pertama tahun ini.
Diantara pengguna karet alam, konsumen paling besar adalah industri ban, terutama ban kendaraan bermotor. "Tahun ini, Hankook mulai beroperasi. Begitupun juga dengan United King Land dan Kerjasama antara Astra dan Pirelli," jelas Azis.
Jika melihat kondisi serapan karet alam pada tahun lalu, industri ban memegang porsi paling besar, yakni hampir 50%. Baru disusul kemudian industri sarung tangan karet sekitar 15%. Sisanya karet alam dipergunakan untuk industri benang karet, alas kaki, vulkanisir ban, sarung tangan medis, karpet dan peralatan karet lainnya.
Azis mengamini industri global yang tidak bagus berdampak kepada industri hilir pengguna karet alam karena nilai ekspor yang terus anjlok. Belum lagi ditambah dengan persaingan ban impor, mengakibatkan produsen ban nasional tertekan.
Supaya konsumsi karet alam nasional terus naik, harus ada produk baru dari karet yang dikembangkan, tidak terbatas pada ban dan sarung tangan karet.
Saat ini, lanjut Azis, Dewan Karet sedang dalam proses negosiasi dengan Departemen Perhubungan untuk memanfaatkan aspal karet (rubber aspalt) dan penggunaan karet untuk tahan gempa. Selain itu juga, Dewan Karet bersama dengan Kementrian Perindustrian akan memproduksi tabung karet untuk air di musim kering.
"Masih ada pengembangan boneka karet untuk anak-anak autis," kata Azis. Pengembangan inovasi karet ini dilakukan oleh pusat penelitian karet Indonesia di Bogor.
Berdasarkan data dari Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), pada kuartal pertama tahun ini ada tambahan 5 proyek baru senilai US$ 85,57 juta yang sudah mendapatkan izin prinsip untuk industri karet, barang dari karet dan plastik. Sebanyak US$ 70,02 juta merupakan tambahan investasi dari industri barang karet lainnya. Sedangkan sisanya sebesar US$ 15,55 juta di sektor industri pengasapan, remilling dan karet remah.
Sayangnya, geliat industri hilir karet tidak dibarengi dengan produksi nasional. Menurut Azis, dalam beberapa tahun terakhir, produksi karet petani kurang bagus. Akibatnya banyak petani yang nekad untuk mencampur karet dengan lumpur dan daun kotor.
"Akibatnya mutu bahan olah di tingkat perkebunan karet rakyat berkualitas rendah dibandingkan Malaysia maupun di Thailand," kata Azis. Produktivitas tanaman karet Indonesia 1,1 ton per hektare (ha) per tahun dengan luas perkebunan karet mencapai 3,47 juta ha terdiri dari 2,94 juta ha kebun rakyat, 259.000 ha kebun BUMN dan sisanya sebesar 269.000 ha dimiliki oleh perkebunan swasta.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News