kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45897,08   -0,94   -0.10%
  • EMAS1.308.000 -0,76%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Industri Kembali Terpanggang BBM dan Listrik


Selasa, 15 Juli 2008 / 17:37 WIB


Sumber: KONTAN | Editor: Test Test

JAKARTA. Ada dua kabar buruk yang bakal membayangi industri dalam negeri. Kabar buruk tersebut adalah tentang kenaikan bahan bakar minyak (BBM) industri yang akan naik 8,6%. Kabar lainnya, PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) juga berencana menaikkan harga listrik.

Direktur Utama PT PLN Fahmi Mochtar mengatakan beban perusahaannya sangatlah berat karena dihantam kenaikan batu bara sebagai bahan baku pembangkit listrik. Sehingga, ia berencana melakukan penyesuaian tarif listrik. "Kami ingin kenaikan tarif listrik sesuai dengan kondisi energinya," katanya.

Menanggapi kabar tersebut, para pelaku industri kembali dihantui kecemasan. Thomas Darmawan, Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (Gapmmi) mengaku khawatir akan kenaikan listrik dan BBM tersebut. "Ini sangat dilematis," katanya.

Menurut Thomas, jika kenaikan BBM tersebut akan menaikkan beban produksi perusahaan sebesar 1%-3%. Sedangkan kenaikan listrik kembali membengkakkan biaya produksi menjadi 3%-8%. "Kalau industri es batu terimbas 8%," tegasnya. Namun, tidak ada pilihan lain selain mengikutinya.

Thomas bilang Gapmmi sangat kesulitan menaikkan harga jual ditengah melemahnya daya beli masyarakat akibat kenaikan BBM bersubsidi yang dilakukan pemerintah sebesar 18,7%. Kemungkinan, Gapmmi akan melakukan penipisan produk. "Kemungkinan kita akan mengecilkan makanan yang dijual," katanya.

Thomas mengatakan ia akan bertemu dengan PT PLN untuk membahas kenaikan listrik tersebut. "Pekan depan kita akan ketemu PLN," tuturnya.

Sementara itu, Wakil Ketua Asosiasi Pertekstilan Indonesia Ade Sudrajat mengatakan kenaikan BBM akan meningkatkan biaya produksi tekstil industri hulu, seperti serat.

Menurutnya, kalau BBM naik 8,6% maka ongkos produksi akan naik sebesar 1% hingga 5%. Sedangkan kenaikan tarif listrik akan membengkakkan biaya produksi sebesar 1% hingga 3%. Namun, ia mengaku terpaksa akan menyetujui kenaikan tersebut karena seluruh industri internasional mengalami permasalahan tersebut.

Namun, ia menegaskan agar harga listrik tidak berlaku tetap namun variabel. Menurutnya, jika harga batu bara kembali menurun, maka serta merta harga listrik harus turun alias mengikuti harga batu bara. "Kalau bisa setiap bulan berubah," katanya.

Ade berharap asosiasi yang dipimpinnya ini diajak menentukan berapa besar kenaikan listrik yang akan dilakukan PT PLN. "Kita harus hitung bersama berapa beban yang harus ditanggung PLN dan industri," tegasnya.

Sementara itu, Untung Yusup, Ketua Umum Gabungan Produsen Pipa menegaskan kenaikan BBM dan listrik pastinya akan membuat perusahaanya menaikkan ongkos produksi.

Sayangnya, ia belum mau berkomentar tentang kenaikan biayanya. "Saya belum melakukan penghitungan," tandasnya singkat.

Murtaqi Syamsudin, Direktur PT PLN Wilayah Jawa Bali mengatakan kenaikan ini muncul saat pembahasan antara pengusaha dengan pelaku industi yang berlangsung sudah empat kali. Menurut Murtaqi, sebetulnya kenaikan listrik ini adalah salah satu solusi yang diutarakan oleh pelaku usaha bersama PLN akibat tigginya harga batu bara di pasar internasional. "Ini keputusan bisnis to bisnis," katanya, kemarin.

Menurut Murtaqi, PLN tidak memiliki dana untuk membeli bahan baku. Sementara untuk memenuhi bahan baku tersebut, maka PLN membutuhkan dana subsidi sebesar Rp 30 triliun. Oleh karena para penusaha khawatir kekurangan energi, maka jalan penyesuaian tarif listrik menjadi salah satu solusi. "Intinya bukan kenaikan tarif listrik, karena tarif dtentukan oleh pemerintah," tegasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×