Reporter: Harry Muthahhari | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Industri keramik nasional mengalami persaingan besar. Hal itu lantaran produk keramik impor berdatangan dengan pertumbuhan rata-rata mencapai 20% setiap tahunnya sejak 2013.
Kendati demikian PT Arwana Citramulia Tbk (ARNA) tetap bisa bersaing dan menunjukkan kinerja positifnya di tahun ini. Mengutip laporan keuangan perusahaan dengan kode saham ARNA itu, laba tahun berjalan pada kuartal III tahun 2017 lalu sebesar Rp 83,87 miliar sementara pada kuartal III 2018 menjadi Rp 115,94 miliar.
Adapun pendapatan perusahaan juga mengalami pertumbuhan 13,6% dari Rp 1,26 triliun di kuartal III 2017 menjadi Rp 1,46 triliun.
Direktur Utama ARNA Tandean Rustandy menjelaskan, hingga kuartal III 2018, kendati industri keramik harus bersaing dengan produk impor, perusahaan tetap meningkatkan produktivitasnya. “Kita harus terus mengisi, kalau tidak mereka (pasar) akan lari ke produk impor,” jelasnya, Selasa (16/10).
Di sisi lain, ARNA juga harus menghadapi tekanan nilai tukar rupiah terhadap dolar. Salah satu faktor produksi industri keramik berasal dari gas yang biayanya berbentuk dollar. Misalnya, di Jawa Barat harga energi gas sebesar US$ 9,16/mmbtu, Sumatera Selatan US$ 9,3/mmbtu, dan Sumatera Utara US$ 9,9/mmbtu.
Chief Operating Officer ARNA Edy Suyanto dalam kesempatan yang sama mengatakan biaya gas menyumbang sekitar 30% dari total biaya operasional. Akibatnya catatan laporan keuangan perusahaan menunjukkan, perusahaan mengalami rugi selisih kurs sebesar Rp 3,9 miliar di kuartal III 2018. Di periode yang sama tahun lalu laba selisih kurs sebesar Rp 479 juta.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News