Reporter: Benediktus Krisna Yogatama | Editor: Hendra Gunawan
JAKARTA. Federasi Industri Kimia Indonesia (FIKI) mengatakan impor garam untuk industri sudah menjadi kebutuhan utama. Pasalnya, garam dalam negeri belum bisa memenuhi spesifikasi untuk kalangan industri.
Namun ia mengatakan jangan sampai impor garam industri tersebut merembes ke pasar sehingga mematikan produksi garam konsumsi yang ditanam oleh petani garam rakyat "Garam ini adalah kebutuhan bahan baku untuk industri kimia, misalnya untuk plastik jenis PVC (polyvinyl chloride)," ujar Suhat Miyarso, Direktur Eksekutif FIKI, Selasa (25/8).
Ia mengatakan garam yang ditanam petani garam tidak bisa digunakan pelaku industri karena garam untuk industri dan garam konsumsi kandungan kadar garamnya yang berbeda. Itu sebabnya, pelaku industri membutuhkan garam impor.
Suhat mengatakan, untuk industri PVC saja, tahun ini diperlukan garam sekitar 1 juta ton. Bahkan di tahun depan, kebutuhan tersebut akan meningkat menjadi 1,4 juta ton. Hal itu dikarenakan ada perusahaan yang lakukan ekspansi sehingga kebutuhan impor bahan bakunya menjadi meningkat.
“Itu sebabnya, kami akan ajukan kuota impor itu ke pemerintah, karena memang merupakan kebutuhan," ujarnya.
Meski demikian ia mengimbau agar pemerintah mencari cara agar garam impor untuk kalangan industri ini merembes ke pasar dan berbaur dengan garam konsumsi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News