kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Industri makanan dan minuman masih mengalami pertumbuhan di kuartal III-2019


Rabu, 30 Oktober 2019 / 19:17 WIB
Industri makanan dan minuman masih mengalami pertumbuhan di kuartal III-2019
ILUSTRASI. Warga memlih makanan dan minuman saat berbelanja di Pasar Swalayan di Bandung, Jawa Barat, Sabtu (6/7/2019). Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto memperkirakan industri makanan dan minuman bakal tumbuh diatas 9 persen pada 2019 lantaran adanya tambaha


Reporter: Andy Dwijayanto | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perusahaan yang bergerak di sektor makanan dan minuman sampai dengan kuartal ketiga tahun ini masih mencatat pertumbuhan cukup baik. Beberapa perusahaan di sub sektor makanan minuman yang telah merilis laporan keuangan sepanjang kuartal III tercatat mengalami pertumbuhan cukup baik.

PT Sariguna Primatirta Tbk (CLEO) misalnya mencatatkan lonjakan pendapatan dan laba bersih dalam sembilan bulan tahun ini. Pendapatan CLEO naik 30,64% dari Rp 593,76 miliar menjadi Rp 775,69 miliar, sedangkan laba bersih perusahaan air minum ini melonjak dua kali lipat dari periode yang sama tahun lalu menjadi Rp 94,02 miliar.

CLEO mencatat peningkatan penjualan semua produk AMDK miliknya baik botol, galon, gelas dan lainnya. Air minum botol memberikan kontribusi terbesar dengan 42,56% atau setara Rp 330,16 miliar, disusul air minum galon sebesar 31,35% atau Rp 243,15 miliar, sedangkan air minum gelas mencapai 25,67% atau setara Rp 199,16 miliar dan sisanya penjualan lain-lain.

Baca Juga: Nilai Tambah Manufaktur & Harga Gas Alam

PT Mayora Indah Tbk (MYOR) mencatat pertumbuhan penjualan bersih 3,52% dari Rp 17,35 triliun menjadi Rp 17,96 triliun. Penjualan ke pasar domestik masih menjadi kontributor utama dengan Rp 9,91 triliun atau 55,19% disusul oleh penjualan ekspor Rp 9,06 triliun, sedangkan retur tercatat sebesar Rp 9,43 miliar.

Johan Muliawan, Direktur MYOR menjelaskan bahwa pihaknya masih melihat peluang pasar ekspor dan domestik. Khusus untuk ekspor perusahaan ini akan memperluas pasar ekspor ke negara-negara baru, selain itu juga mencari produk baru untuk pasar ekspor. Seperti produk air mineral Le Minerale yang sudah diekspor keempat negara.

“(Ekspor) Kami kan memerlukan studi pasar dan kebutuhan dalam negeri juga masih besar. (Ekspansi) selalu kalau kami sih melihat perkembangan di mancanegara, trennya bagaimana dan lainnya,” ujarnya kepada Kontan.co.id, Rabu (30/10)

Baca Juga: Kinerja ciamik, Kino Indonesia optimistis laba bisa tumbuh 50% tahun ini

Asal tahu saja, tahun ini MYOR menargetkan pertumbuhan pendapatan sebesar Rp 26,72 triliun atau naik 11% ketimbang tahun lalu Rp 24,06 triliun. Dirinya optimis target tersebut sampai dengan akhir tahun akan mampu dicapai mengingat potensi pasar domestik dan ekspor yang masih sangat baik performanya.

“Ya kami optimis akan tercapai pertumbuhan double digit. Di domestik juga bagus, memang pertumbuhan dua pasar (Domestik dan ekspor) bagus, bisa tumbuh dua digit,” lanjutnya.

Sementara itu, PT Nippon Indosari Corpindo Tbk (ROTI) sampai kuartal III juga mencatat pertumbuhan penjualan bersih 24.05% dari Rp 1,98 triliun menjadi Rp 2,46 triliun. Selain itu, laba periode berjalan juga meningkat 151,93% dari Rp 70,2 miliar menjadi Rp 176,85 miliar.

Baca Juga: Makan garam terlalu banyak bisa memicu enam penyakit berikut

Manajemen menyebut capaian tersebut didukung oleh kuatnya volume penjualan di Indonesia dan Filipina. Perusahaan ini telah mengoperasikan satu pabrik di Manila, Filipina pada April tahun lalu dan meluncurkan 3 produk roti tawar disana. Untuk jejaring distribusi, saat ini ROTI telah tersedia di 1.800 gerai modern trade.

Asal tahu saja, ROTI saat ini mengoperasikan 16 pabrik roti dengan 15 diantaranya terletak di Indonesia. Dua pabrik roti baru yakni Gresik dan Balikpapan telah beroperasi pada semester I tahun ini yang membuat total kapasitas produksinya menjadi 5 juta ton per hari atau meningkat 12% ketimbang produksi tahun lalu.

“Capex sampai kuartal III tahun 2019 sudah mencapai Rp 465,9 miliar, sesuai dengan target belanja hingga akhir tahun Rp 600 miliar,” ujar manajemen.

Baca Juga: Pelaku Bisnis Konsumer Masih Tertekan

Adhi S Lukman, Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (GAPMMI) menyebut secara data memang belum ada rilis untuk kuartal III, namun dirinya optimis pertumbuhan sektor makanan dan minuman tahun ini bisa menyentuh 9%. 

Ia menyebut sebetulnya, pada kuartal III tahun ini industri mamin agak sedikit turun karena dipengaruhi sentimen pergantian pemerintah yang berimbas pada industri.

“Saya harap kuartal IV bisa kekejar dengan menteri-menteri baru, mudah-mudahan dari kabinet baru ini bisa segera bekerja dengan baik,” ujarnya.

Apalagi Presiden Joko Widodo berjani untuk menghapus regulasi yang menghambat melalui ombibus law yang bisa membuat investasi di sektor mamin bisa masuk lebih deras. 

Baca Juga: Estika Tata Tiara (BEEF) Terus Menambah Jaringan Distribusi Baru

Sampai dengan semester I, dirinya menyebut investasi sektor mamin mencapai Rp 31 triliun, namun dari jumlah tersebut investasi asing tercatat sebesar US$ 700 juta sampai semester I, harapannya akan double mencapai US$ 1,4 miliar hingga tutup tahun, berbanding US$ 1,3 miliar pada tahun lalu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×