Reporter: Eldo Christoffel Rafael | Editor: Adi Wikanto
JAKARTA. Pelaku industri mesin perkakas dalam negeri ketiban rezeki dari pengadaan mesin perkakas untuk kebutuhan Sekolah Menengah Kejuruan atau SMK. Proyek pengadaan mesin perkakas yang melibatkan antarkementerian tersebut menjadi oase saat pasar mesin perkakas dikuasai produk impor.
Arus Gunawan, Direktur Industri Permesinan dan Alat Mesin Pertanian, Kementerian Perindustrian (Kemperin), bilang, potensi pasar mesin perkakas untuk seluruh SMK di Indonesia itu bisa mencapai 25.000 unit. “Pengadaan per tahun sekitar 500 unit,” kata Arus, kepada KONTAN, Selasa (7/12).
Asumsi kebutuhan 500 unit mesin perkakas per tahun mengacu asumsi jumlah kabupaten/kota di Indonesia. Jika setiap kabupaten/kota memiliki empat SMK, maka kebutuhan mesin tersebut bisa lebih banyak lagi.
Arus bilang, pengadaan mesin perkakas terjalin karena dukungan dari kementerian lain. Sebut saja Kementerian Pendidikan Nasional (Kemdiknas), Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Pusat Pengembangan Teknologi Industri (PPTI) dan Asosiasi Mesin Perkakas Indonesia (ASIMPI).
Selain menghubungkan dengan pangsa pasar, Kemperin berusaha menjembatani kerja sama investasi industri perkakas domestik dengan industri perkakas dari Taiwan, Korea Selatan, China dan Jepang.
Menurut Arus, Kemperin memang tidak menggelontorkan dana untuk pelaku industri, tapi Kemperin berusaha menjembatani perusahaan domestik menjalin hubungan business to business (B2B) yang menguntungkan dengan perusahaan Asing. "Tahapannya, industri asing bisa merakit di sini dengan memanfaatkan manufaktur dari industri lokal," kata Arus.
Rudy Andriana, Ketua Umum ASIMPI, menyebutkan, saat ini sudah ada 25 unit pesanan mesin perkakas yang dipesan oleh SMK. Nilai mesin perkakas tersebut ditaksir mulai dari harga Rp 150 juta sampai Rp 500 juta per unit, tergantung jenis mesin dan ukuran.
Rudy berharap, pengadaan mesin perkakas untuk SMK tersebut bisa menjadi jalan untuk meningkatkan penggunaan produk dalam negeri. "Kami dari asosiasi akan berkoordinasi untuk pemenuhan Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN), Standar Nasional Indonesia (SNI), supply chain serta dan pemenuhan standar kompetensi mesin perkakas," kata Rudy.
Andriyan Harizona, Direktur PT Garda Prima Energie, salah satu perusahaan mesin perkakas yang ikut tender berharap, bisa menjual mesin perkakas sebanyak-banyaknya untuk dunia pendidikan. "Target sebanyak mungkin," kata Andriyan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News