kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45935,51   7,16   0.77%
  • EMAS1.335.000 1,06%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Industri migas Indonesia menantang, penerapan teknologi sangat dibutuhkan


Rabu, 13 November 2019 / 17:49 WIB
Industri migas Indonesia menantang, penerapan teknologi sangat dibutuhkan
ILUSTRASI. Petugas melakukan pemeriksaan pipa jaringan milik PT Pertamina EP


Reporter: Dimas Andi | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - PALEMBANG. Implementasi teknologi dalam menopang kegiatan industri minyak dan gas (migas) di Indonesia merupakan suatu keniscayaan.

Direktur Eksekutif Institute for Essential Services Reform (IESR) Fabby Tumiwa menyampaikan, terlepas dari potensi yang ada, industri migas di Indonesia sebenarnya cukup menantang. Sebab, sebagian besar cadangan migas Indonesia terletak di kawasan perairan atau offshore. Tak jarang cadangan migas tersebut berada jauh dari daratan terdekat.

Maka dari itu, Indonesia sangat membutuhkan teknologi yang bisa menopang kegiatan pertambangan migas secara offshore. Sehingga, proses eksplorasi dan produksi migas menjadi lebih mudah dan dapat dipantau pula dari wilayah darat.

Di samping itu, industri migas tanah air juga sangat membutuhkan teknologi yang dapat memungkinkan pengolahan data seperti karakteristik cadangan migas dan bentang alam yang berada di sekitarnya. Dari situ, pelaku industri migas dapat mengetahui kondisi geologis di wilayah kerjanya.

Baca Juga: SKK Migas dorong peningkatan implementasi teknologi bagi industri migas Indonesia

“Kalau data-data penunjang sudah komprehensif, penambang bisa menyesuaikan diri dengan teknologi yang dipakai untuk pengeboran. Jadi, tingkat kesuksesan hasil eksplorasi migas juga meningkat dan sesuai dengan prediksi,” ungkap Fabby, Rabu (13/11).

Hanya memang, harus diakui teknologi penopang kegiatan operasional tambang migas membutuhkan biaya investasi yang tinggi. Maka, perlu dukungan dan kesiapan pula dari pihak Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Hulu Minyak dan Gas (SKK Migas) agar penerapan teknologi dalam industri migas Indonesia dapat maksimal.

Kendati tidak menyebut secara rinci, Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto menyebut, biaya untuk pengadaan teknologi di industri migas tergolong tinggi.

Ia menyadari, dari ratusan Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) yang ada di Indonesia, sebagian di antaranya belum memiliki teknologi yang memadai untuk mendukung kegiatan eksplorasi migas.

Baca Juga: SKK Migas perkirakan realisasi investasi hulu migas 2019 tidak mencapai target

Maka dari itu, SKK Migas berupaya menjadi mediator dalam mendorong KKKS agar bisa bekerjasama dengan perusahaan yang menjadi pemasok teknologi pertambangan migas. Biasanya, SKK Migas mengadakan tender yang melibatkan KKKS dengan penyedia teknologi.

Dwi menyebut, pihaknya berupaya mengutamakan perusahaan yang menyediakan teknologi termutakhir di bidang tambang migas agar mau bekerjasama dengan KKKS.

“Kami juga berkoordinasi dengan kementerian terkait agar mempermudah investor yang ingin menyediakan teknologi bagi industri migas Indonesia,” ungkap dia, Rabu (13/11).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×