Reporter: Tendi Mahadi | Editor: Markus Sumartomjon
JAKARTA. Kementerian Perindustrian meramalkan pertumbuhan sektor industri non migas di tahun ular nanti bakal lebih kinclong ketimbang tahun ini.
MS Hidayat, Menteri Perindustrian, memperkirakan pertumbuhan industri non migas bisa mencapai 6,8% di 2013. Malah bila kebutuhan pendukung industri terpenuhi seperti energi dan sarana infrastruktur angka pertumbuhannya bisa sebesar 7,1%.
Sektor industri yang bakal jadi penopang adalah industri pupuk, kimia, produk dari karet, industri semen dan bahan galian bukan logam, makanan dan minuman serta otomotif. "Sebagian besar merupakan sektor yang juga sebagai pendorong pertumbuhan industri tahun ini," katanya kemarin.
Supaya target tercapai, Hidayat bakal mendorong pemerintah untuk segera memperbaiki beberapa hal. Seperti optimalisasi insentif fiskal seperti tax holiday. Pasalnya, insentif pajak bagi investor kakap ini dinilai belum banyak menarik minat investor.
Pekerjaan rumah lainnya adalah soal aturan limbah bahan berbahaya beracun (B3) yang dikritisi para pelaku industri seperti soal kasus besi bekas dan aturan tata ruang yang menyangkut ketersediaan lahan bagi industri. Termasuk juga soal infrastruktur yang jadi masalah laten.
Langkah berikutnya adalah memperluas pasar ekspor seperti ke Timur Tengah, Afrika, Eropa Timur dan Amerika Latin. Ini untuk mengantisipasi pasar tradisional seperti pasar Amerika dan benua Eropa yang masih terjangkit imbas krisis.
Hingga tutup tahun ini, Hidayat memprediksi pertumbuhan industri non migas bisa tembus 6,75%. Artinya masih di atas pertumbuhan ekonomi makro yang sekitar 6,5%.
Salah satu sektor yang secara konsisten menopang pertumbuhan industri, yakni industri makanan dan minuman juga bakal tumbuh tahun depan. "Pertumbuhan moderatnya 8% hingga 10% karena konsumsi domestik terus meningkat," kata ketua umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (Gapmmi) Adhi S Lukman.
Namun prediksi ini bisa saja terganjal lantaran tahun depan, menurut dia, industri makanan bakal menghadapi kendala yang juga berlaku bagi industri lainnya. Yaitu kenaikan beban produksi lantaran kenaikan biaya energi dan kenaikan upah minimum pekerja. Kondisi ini berpotensi membuat harga produk makanan dan minuman bisa terdongkrak hingga 11% tahun depan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News