Reporter: Muhammad Julian | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sektor bisnis ritel menjadi salah satu sektor yang terkena dampak pagebluk corona (covid-19). Selain permintaan pasar yang menurun, tantangan juga datang komponen-komponen biaya pengeluaran tetap alias fixed cost yang mesti dibayarkan pengusaha.
Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo), Hariyadi Sukamdani mengatakan, fenomena-fenomena seperti pemotongan gaji hingga perumahan karyawan yang dijumpai pada sektor swasta berdampak pada pelemahan daya beli masyarakat.
Buntutnya, konsumsi masyarakat terhadap barang-barang yang dijual oleh pelaku usaha ritel menjadi menurun dengan tingkat yang bervariasi.
Baca Juga: Daya beli terungkit, penjualan eceran Agustus 2020 naik
Penurunan permintaan paling dalam terutama dijumpai pada sektor bisnis ritel yang menjual barang-barang di luar kebutuhan pokok.
“Kalau ritel yang menjual barang-barang kebutuhan pokok mungkin masih bisa survive,” kata Hariyadi saat dihubungi Kontan.co.id, Kamis (8/10).
Tantangan yang dihadapi oleh para pebisnis ritel tidak berhenti sampai di situ. Ibarat sudah jatuh tertimpa tangga, para pelaku bisnis ritel juga dihadapkan pada tantangan berupa komponen biaya pengeluaran-pengeluaran tetap yang sulit turun secara signifikan.
Untuk biaya sewa tempat misalnya. Hariyadi bilang, tarif sewa tempat bagi pebisnis ritel cukup sulit untuk diturunkan, sebab pihak pengelola ataupun pemilik tempat juga memiliki beban-beban biaya tetap yang besarannya sulit untuk dikurangi.
“Kalaupun (biaya sewa) turun, turunnya enggak banyak,” ujarnya.
Baca Juga: Penjualan eceran kuartal III-2020 membaik dari kuartal II-2020
Dengan kondisi yang ada sekarang, Hariyadi memproyeksi bahwa sektor industri ritel pada tahun ini akan mengalami koreksi dengan tingkat yang bervariasi, bergantung jenis barang yang dijual.