Reporter: Arfyana Citra Rahayu | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) menyebut industri sawit masih membutuhkan infrastruktur logistik di laut untuk meningkatkan efektivitas penjualan. Pasalnya, selama ini jika logistik lewat jalur darat butuh waktu yang lama dan biaya yang cukup mahal.
Sekjen Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) Kanya Lakshmi Sidarta mengatakan melihat tipikal industri sawit, pabrik kelapa sawit (PKS) tentu didekatkan dengan perkebunan. "Lantas kalau pabrik CPO butuh didekatkan ke mana? Butuh transportasi," jelasnya saat ditemui di Jakarta, Kamis (27/2).
Baca Juga: Gapki proyeksikan ekspor CPO dan turunannya akan merosot terdampak virus Corona
Kanya menyatakan pengembangan kawasan industri sawit sebaiknya berada dalam sentra-sentra sawit seperti di Riau dan Sumatera. Sebaiknya kawasan industri sawit bisa saling berdekatan dan terkoneksi satu sama lain dengan jalur logistiknya, khususnya akes jalan dari mulai PKS sampai dengan pelabuhan seperti ekspor.
Menurutnya, kalo infrastruktur di kawasan industri sawit bisa menunjang pengiriman CPO, maka ongkos listrik dan logistik bisa lebih ditekan. Alhasil jadi lebih banyak pelaku industri yang mau investasi ke dalam negeri.
Adapun peluang lain yang bisa digali untuk menggairahkan industri sawit adalah industri pengolahan atas produk antara dari oleochemical di Indonesia. Sejauh ini, Kanya bilang, produk sawit olekomia di Indonesia relatif kurang dan sisanya tersebar lebih banyak di luar negeri, mendekati pelanggannya.
Selain peluang, ada sejumlah tantangan yang harus dihadapi industri kelapa sawit, yakni komposisi terbesar industri sawit di Indonesia berada di wilayah midstream atau refinery. Adapun selama ini ada pemusatan pelabuhan utama sawit hanya berada di wilayah Dumai dan Belawan.
Baca Juga: Ubah CPO jadi bahan bakar, pabrik katalis akan groundbreaking akhir Maret
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News