kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.499.000   -40.000   -2,60%
  • USD/IDR 15.935   -60,00   -0,38%
  • IDX 7.246   -68,22   -0,93%
  • KOMPAS100 1.110   -11,46   -1,02%
  • LQ45 880   -11,76   -1,32%
  • ISSI 222   -0,92   -0,41%
  • IDX30 452   -6,77   -1,48%
  • IDXHIDIV20 545   -7,80   -1,41%
  • IDX80 127   -1,32   -1,03%
  • IDXV30 136   -1,06   -0,77%
  • IDXQ30 150   -2,29   -1,50%

Ingin rempah berjaya, Kemtan anggarkan Rp 5,5 T


Kamis, 03 Agustus 2017 / 16:05 WIB
Ingin rempah berjaya, Kemtan anggarkan Rp 5,5 T


Reporter: Lidya Yuniartha | Editor: Dupla Kartini

JAKARTA. Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman berencana mengalokasikan dana sebesar Rp 5,5 triliun untuk mengembalikan kejayaan rempah Indonesia. Direktur Tanaman Semusim dan Rempah Ditjen Perkebunan Kementerian Pertanian (Kemtan) Agus Wahyudi mengungkapkan, terdapat tiga program utama yang akan dilakukan.

“Program itu adalah melakukan peremajaan, melakukan perluasan lahan di beberapa daerah, serta mengembangkan kelembagaan ekonomi yang belum terkoordinasi. Jadi nanti mulai dari hulu ke hilir bisa dikoordinasi dalam kawasan-kawasan tertentu," jelas Agus, Kamis (3/8).

Tahun ini, Kemtan sedang melakukan identifikasi, terutama pada ketersediaan bibit unggul yang akan digunakan untuk peremajaan dan perluasan. "Tahun ini kami sudah mulai menyiapkan bibit-bibit untuk peremajaan di tahun 2018. Jadi tahun 2018 sudah siap," tutur Agus.

Kabul Indarto, Ketua Asisiasi Petani Jahe Organik (Astajo) mengatakan, pemerintah daerah memang sudah menyediakan bibit-bibit unggul kepada para petani. "Pemda memiliki anggaran tertentu dalam penyediaan bibit unggul. Selama ini pemda memesan bibit ke kami untuk diberikan kepada petani-petani di Indonesia," ujarnya.

Agus menyebutkan, saat ini yang menjadi fokus utama adalah mengembangkan produksi pala, lada, dan cengkeh. Tiga rempah tersebut menjadi prioritas karena dianggap memiliki potensial yang lebih besar dibandingkan komoditas lainnya.

"Pala kita itu masih nomor 1 secara kuantitas, namun kualitasnya belum. Lada juga berada di posisi 2 atau 3 di dunia, sementara cengkeh merupakan komoditas yang menjadi kebutuhan dalam negeri. Kita berharap bisa memenuhi kebutuhan dalam negeri baik secara kualitas dan kuantitas," tutur Agus.

Meski begitu, Agus menyebut, terdapat komoditas rempah spesifik daerah yang ingin dikembangkan. Contohnya, kayu manis di Sumatra Barat dan Kerinci, gambir di Sumatra Utara, serta vanili yang permintaannya terus tumbuh. “Vanili ingin dikembangkan lagi karena Indonesia belum mampu menyuplai komoditas ini, sementara harganya bisa mencapai Rp 4 juta per kg,” jelas Agus.

Meskipun pemerintah sudah melakukan program-program pengembalian kejayaan rempah, namun dia mengatakan, hasilnya baru bisa dilihat 3-5 tahun mendatang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Kiat Cepat Baca Laporan Keuangan Untuk Penentuan Strategi dan Penetapan Target KPI Banking and Credit Analysis

[X]
×