Reporter: Arfyana Citra Rahayu | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Maharaksa Biru Energi Tbk (OASA) mendorong langkah transformasinya menjadi entitas bisnis energi terbarukan. Pihaknya menyiapkan sejumlah agenda bisnis yang lebih agresif.
Sejumlah bisnis yang akan dijajaki ialah pengolahan dan pengelolaan sampah, biomassa, sekaligus menjalankan peran sebagai kontraktor untuk proyek energi ramah lingkungan.
Melalui anak usahanya, PT Indoplas Makmur Lestari dan PT Indoplas Karya Energi, OASA akan membangun, mengolah, dan mengelola sampah serta limbah menjadi energi listrik di sejumlah wilayah di Indonesia.
Baca Juga: Maharaksa Biru Energi (OASA) Mendapat Restu Rights Issue Rp 430,32 Miliar
Direktur Utama Maharaksa Biru Energi Bobby Gafur Umar menyatakan, pihaknya melihat sektor energi terbarukan merupakan masa depan karena pengelolaan bisnis hijau sudah menjadi keharusan, bukan lagi pilihan.
“OASA akan menyasar beberapa proyek infrastruktur hijau di seluruh Indonesia. Kontrak-kontrak dalam beberapa bulan ke depan sudah akan jalan. Kami akan melakukan terobosan-terobosan memanfaatkan dana puluhan triliun – green fund dari Eropa untuk infratruktur hijau. Sudah ada beberapa project yang masuk dalam rencana bisnis Perseroan,” ujarnya dalam konferensi pers, Jumat (21/10).
Dalam waktu dekat ini pihaknya akan menggarap proyek pembangunan proyek FPSA yang akan mengelola 2.000 ton sampah perhari menjadi energi listrik dengan nilai investasi hingga Rp 7 triliun.
Bobby menjelaskan, mengubah sampah menjadi energi listrik ini bisa dikatakan sebagai pembangkit listrik tenaga sampah (PLTSA) atau masuk dalam golongan biomassa. Proyek ini sejalan dengan RUPTL PLN 2021-2030 yang menargetkan bauran energi baru terbarukan (EBT) mencapai 51,6% di mana biomassa termasuk di dalam rencana tersebut.
Di sisi lain, lanjut Bobby, Jakarta juga menjalankan program percepatan pengelolaan sampah menjadi energi listrik melalui teknologi yang ramah lingkungan. Untuk menggarap proyek ini pihaknya akan menggunakan teknologi dari Jerman dan Prancis.
Pembangunan proyek FPSA membutuhkan waktu 32 bulan hingga 36 bulan sehingga diharapkan pada 2025 sudah bisa beroperasi. Adapun masa konsesi selama 30 tahun.
Baca Juga: Jual 25% Saham OASA, Bobby Gafur Umar Sudah Balik Modal Plus Masih Pegang 50% Saham
Bobby memaparkan, proyek lainnya akan dijalankan oleh OASA ialah melalui PT Telesys Indonesia yang sebelumnya mengerjakan konstruksi telekomunikasi kini akan menjalankan kegiatan usaha di bidang energi hijau, biomassa (co-firing) dan bio chemicals.
“Jadi kita dalam masa pembangunan ada pendapatan dari kontrak-kontrak Telesys Indonesia yang menyumbang pendapatan bagi OASA,” terangnya.
Di bidang perdagangan, Telesys Indonesia akan melakukan perdagangan produk kimia antara lain produk Bio Propylene-Glycol (Bio PG).
Melansir laporan Manajemen OASA di keterbukaan informasi, saat ini permintaan Bio PG di dunia meningkat seiring dengan keinginan Negara-negara maju seperti Jerman, Prancis, Jepang dan Amerika Serikat menggunakan renewable bio based chemicals yang lebih ramah lingkungan khususnya menurunkan emisi gas rumah kaca.
Telesys Indonesia telah menandatangani Nota Kesepahaman dengan PT Dian Kimia Putera (DKP) tentang kerja sama untuk mendistribusikan Bio PG di Indonesia, dimana PT DKP telah memiliki pengalaman pemasaran produk PG selama lebih dari 20 tahun.
Telesys juga telah menandatangani perjanjian Sale Contract dengan Polski Koncern Naftowy Orlen S.A. untuk pembelian MPG I technical.
Tidak hanya itu, Telesys Indonesia juga berencana untuk mengembangkan bisnis wood pellet di pulau Bangka bekerja sama dengan Koperasi Energi Terbarukan Indonesia (Kopetindo).
Produksi wood pellet tersebut direncanakan dapat mencapai 120 ribu ton per tahun dimana sebagian besar produk tersebut akan di ekspor ke luar negeri.
Baca Juga: Protech (OASA) Ubah Fokus ke Industri EBT dan Menunjuk Cinta Laura Sebagai Komisaris
Sejauh ini, Telesys Indonesia telah menyelesaikan Studi Kelayakan Internal bersama dengan Kopetindo sehubungan dengan persiapan pengembangan bisnis Wood Pellet.
Selain itu, saat ini sedang dijajaki perluasan pengembangan bisnis dengan Kopetindo di dalam menyediakan Wood Chip yang rencananya akan di-supply kepada PT PLN.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News