Reporter: Sabrina Rhamadanty | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Wanxinda Green Travel Industry Development dan PT Wanxinda Batang Industry Land Investment yang tergabung dalam Wanxinda Group yang merupakan investor asing dari Cina memutuskan bekerja sama dengan PT Kawasan Industri Terpadu Batang (Grand Batang City) atau KITB dalam mengelola kawasan industri Batang yang terletak di Jawa Tengah.
CEO Wanxinda Group, Chen Riling mengatakan pihaknya memiliki beberapa alasan sehingga memutuskan berinvestasi di Indonesia. Salah satunya karena melihat prospek Indonesia sepuluh tahun kedepan sangat baik.
“Karena saya lihat prospek di Indonesia dalam 10 tahun kedepan sangat beneficial. Dan saya sudah bekerja di sana (Jawa Tengah) selama 3 tahun, saya lihat manpower di Jateng dan saya melihat mereka sangat ramah dan pekerja keras sekali,” ungkap Chen dalam Press Conference PPTI KITB dengan Wanxinda di gedung Danareksa, Selasa (21/11).
Baca Juga: Kawasan Industri Terpadu Batang Kantongi Investasi Rp 1 Triliun dari Wanxinda
Selain itu Wanxinda Group ungkap dia merasa bahwa dukungan pemerintah Indonesia terhadap investasi asing sangat profesional dan detail.
“Dan saya sebenarnya juga melihat industrial area yang lainnya, tapi saya lihat prospek yang bagus ya di KITB. Makanya kenapa saya mengambil keputusan, Batang ini tempat bagus dan juga bisa menjadi satu sampling untuk kedepannya bisa menjadi standar untuk kawasan industri,” jelasnya.
Untuk diketahui, KITB siap menerima investasi Penanaman Modal Asing (Foreign Direct Investment) Wanxinda Group Indonesia senilai Rp 1 Triliun dengan luas lahan hampir 100 hektar.
Disisi lain, Direktur Utama KITB, Ngurah Wirawan mengatakan sebelum resmi melakukan kerjasama dengan pihak Wanxinda, pihaknya telah lebih dulu melakukan site visit ke daerah pabrik milik Wanxinda.
“Model (kerjasama)-nya agak baru bagi kami, meskipun ini misi pemerintah tapi kan dealnya tetap di deal bisnis. Harus diperjelas kerjasamanya, maka kita kirim tim, kita periksa langsung pabriknya di sana, di Guangzhou,” jelasnya.
Baca Juga: Pemerintah Akan Cabut Status KEK yang Pertumbuhan Investasinya tidak Signifikan
Ngurah menambahkan, tadinya pihak Wanxinda meminta lahan kerjasama seluas 200 hektar, namun pihaknya tidak bisa mengabulkan atas beberapa pertimbangan.
“Kita dari Kementerian Investasi dibatasi juga, karena kita tidak boleh juga kanibal produk dalam negeri. Tadinya dia (Wanxinda) mau 200 hektar, tapi Batang itu peminatnya banyak dan kami juga punya kriteria yang harus dipenuhi,” ungkapnya.
Desainnya kawasan Industri Batang ungkap dia berasal dari Kementerian BUMN, Kementerian Investasi dan Kementerian Perindustrian, dimana kawasan Batang khusus didesain untuk industri pilihan, contohnya yang berfokus pada hilirisasi.
“Contohnya industri baterai, kendaraan listrik, dan semikonduktor,” tutup Ngurah.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News