kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.932.000   -10.000   -0,51%
  • USD/IDR 16.359   -158,00   -0,96%
  • IDX 6.881   94,19   1,39%
  • KOMPAS100 999   18,24   1,86%
  • LQ45 768   13,72   1,82%
  • ISSI 223   2,37   1,08%
  • IDX30 397   6,45   1,65%
  • IDXHIDIV20 463   5,89   1,29%
  • IDX80 112   1,90   1,73%
  • IDXV30 114   0,50   0,44%
  • IDXQ30 128   2,30   1,82%

Ini Dia Opsi Penyelamatan Balai Pustaka


Senin, 08 Februari 2010 / 07:59 WIB


Reporter: Fitri Nur Arifenie |

JAKARTA. Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) masih mengkaji tiga opsi penanganan PT Balai Pustaka (Pesero). Opsi tersebut adalah likuidasi, mengubah status Balai Pustaka menjadi Badan Layanan Umum (BLU), dan restrukturisasi secara keseluruhan. Namun, tampaknya, pemerintah tidak akan melikuidasi BUMN tersebut.

"Kelihatannya Balai Pustaka akan direstrukturisasi secara keseluruhan. Kalau Likuidasi dan BLU saya kira tidak, " tegas Sekretaris Kementerian BUMN Muhammad Said Didu, Jumat (5/2). PT Balai Pustaka telah menjadi pasien Perusahaan pengelola Aset (PPA) sejak setahun lalu.

Opsi likuidasi tidak akan dilakukan lantaran bisnis Balai Pustaka masih potensial dikembangkan. Ada pun pengubahan status perusahaan menjadi BLU memerlukan payung hukum yang kuat. Lagipula, untuk menjadi BLU, Balai Pustaka tetap harus melalui restrukturisasi terlebih dahulu.

Nah, salah satu restrukturisasi akan dilakukan terhadap utang-utang Balai Pustaka. Seperti, utang kepada Bank Mandiri sebesar Rp 100,4 miliar. Jumlah ini setara dengan 51,1% dari total utang Balai Pustaka yang mencapai Rp 196,5 miliar.

Nantinya, pemerintah mengupayakan konversi utang jadi saham (debt to equity swap). Mekanisme restrukturisasi ini mirip dengan restrukturisasi utang PT Garuda Indonesia ke Mandiri.

Selain merestrukturisasi utang, pemerintah juga bakal menyuntikkan dana untuk memperkuat modal Balai Pustaka. Cuma, besaran dana itu akan mengacu kepada hasil penjualan sebagian aset Balai Pustaka. Sayangnya, dari nilai aset sebesar Rp 112,77 miliar, sekitar 41,5% di antaranya sudah menjadi jaminan utang. Alhasil, aset yang masih bersih dan bisa dijual hanya sekitar Rp 65,9 miliar.

Padahal, PPA memperkirakan bahwa penyehatan Balai Pustaka membutuhkan dana setidaknya Rp 150 miliar. Rinciannya, sekitar 60% atau Rp 90 miliar dipakai menyelesaikan utang dan membayar gaji karyawan yang belum dibayar selama delapan bulan. Lalu, 27% atau Rp 40,5 miliar buat investasi dan sisanya Rp 19,5 miliar belanja modal.

Kini, kondisi keuangan Balai Pustaka memang memprihatinkan. Sejak 2005, perusahaan ini terus merugi. Kerugian terbesar terjadi pada 2006 yakni sebesar Rp 50,1 miliar. Kemudian kerugian pada 2007 hingga 2009 berturut-turut Rp 18,1 miliar, Rp 22,5 miliar, dan Rp 36,86 miliar.

Selasa lalu, Ketua Umum Serikat Pekerja Balai Pustaka Rafita mengatakan, Balai Pustaka membutuhkan tambahan modal untuk menerbitkan buku. Ia bilang, perusahaan tersebut banyak mendapat pesanan buku, tapi tidak dapat memenuhinya karena tidak ada modal.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Owe-some! Mitigasi Risiko SP2DK dan Pemeriksaan Pajak

[X]
×