Reporter: Ika Puspitasari | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pelemahan nilai tukar rupiah yang mencapai angka Rp 14.397 per dollar Amerika Serikat (AS) akan berdampak terhadap sektor ritel. Pasalnya, kondisi ini mempengaruhi harga barang yang dipasarkan.
Tutum Rahanta, Wakil Ketua Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (APRINDO) mengatakan bila pelemahan nilai tukar ini berlangsung lama pasti mempengaruhi harga barang. “Kalau ini sudah menetap dua minggu sampai satu bulan, pasti semua harga barang akan menyesuaikan,” katanya, Selasa (3/7).
Menurutnya, semua peritel menghadapi masalah yang sama lantaran tidak dapat terlepas dari nilai tukar tersebut. Padahal, dalam kondisi apapun aktivitas bisnis harus tetap berjalan.
“Kita coba akan bertahan, karena apabila ada satu orang merasa perlu menaikkan harga barang, mungkin bukan cuma saya, tapi semua orang, ya jadi kita juga harus bersaing kalau menyangkut nilai tukar, kalau orang lain bisa, kenapa saya tidak bisa," kata Tutum.
Dampak bagi masing-masing perusahaan ritel sangat bergantung bagaimana pemegang kebijakan ini dapat mengontrol stabilitas nilai tukar rupiah ini agar tidak terlalu liar. “Tidak ada masalah mau nilai berapapun, tapi harus tetap stabil,” ungkap Tutum.
Sementara terkait dampak dari perang dagang antara AS dan Cina, Tutum menambahkan sebagai peritel harus memperkuat industri dalam negeri. “Cepat atau lambat, limpahan barang-barang mereka yang akibat perang tersebut pasti akan menjalar kemana-mana bukan hanya kita, tapi seluruh dunia. Jadi industri kita harus efisien harus bersaing dengan produk yang diimport,” kata Tutum.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News