Reporter: Febrina Ratna Iskana | Editor: Azis Husaini
KONTAN.CO.ID -JAKARTA. PT Medco Energi Internasional Tbk (MedcoEnergi) mengumumkan laporan keuangan konsolidasi yang telah diaudit untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2018 (“2018”).
Roberto Lorato, CEO Medco mengatakan hasil capaian MedcoEnergi pada akhir tahun lalu sangat solid dengan EBITDA dan margin operasi yang lebih baik sebagai hasil dari upaya berkelanjutan yang disiplin dalam menjaga biaya.
"Keberhasilan pengembangan gas Blok A di Aceh menegaskan kemampuan kami yang handal dalam menyelesaikan proyek, sementara itu persetujuan yang baru saja diperoleh dari pemegang saham Ophir terkait akusisi Ophir Energy merupakan peluang yang baik untuk memperoleh portofolio aset yang saling melengkapi, meningkatkan skala, diversifikasi serta memberikan peluang pertumbuhan yang bermanfaat bagi para pemangku kepentingan kami, karyawan, para mitra, dan negara tuan rumah. Kami akan terus bekerja untuk menyelesaikan transaksi ini pada akhir kuartal kedua,”kata Robert dalam siaran pers pada Kamis (11/4).
Dalam ikhtisar keuangan Medco tahun 2018 disebutkan laba kotor US$ 645 juta atau 53% lebih tinggi dari 2017 dengan margin kotor 52% (46% di tahun 2017). EBITDA US$596 juta (US$582 juta terkonsolidasi) atau naik 37% dari 2017 didorong oleh peningkatan margin, harga komoditas dan daya listrik yang lebih tinggi, dan konsolidasi Medco Power selama setahun penuh.
Segmen minyak dan gas membukukan Pendapatan Bersih US$135 juta meningkat 80% tahun ke tahun. Namun Penghasilan Bersih Konsolidasi mengalami kerugian sebesar US$51 juta terutama akibat kerugian non tunai dari afiliasi pertambangan PT Amman Mineral Nusa Tenggara ("AMNT") guna mempercepat pengembangan Phase 7.
Utang Bersih terhadap EBITDA, tidak termasuk MPI, adalah 3,3x (3,6x in 2017). Hutang Bersih Konsolidasi terhadap EBITDA adalah 3,7x (4,5x in 2017). Likuiditas Medco tercatat melalui kas dan setara kas sebesarUS$627 juta di akhir tahun lalu.
Pengeboran, efisiensi proyek dan penangguhan bersamaan dengan nilai tukar yang menguntungkan memungkinkan MedcoEnergi untuk mengurangi belanja modal 2018 menjadi US$329 juta.
Harga minyak dan gas naik 32% dan 16% tahun ke tahun US$67,8/bbl dan US$6,4/mmbtu untuk masing-masingnya dan harga daya listrik (tanpa bahan bakar) Medco Power Indonesia (MPI) meningkat 28%.
Penjualan listrik yang dihasilkan MPI adalah 2.704 GWh, 24% lebih tinggi dari tahun ke tahun dan sejalan dengan pedoman 2018 setelah beroperasinya secara penuh Sarulla Geothermal. MPI juga pada tahun lalu menghimpun Rp1,2 triliun dari transaksi pasar modal pertamanya melalui penerbitan obligasi standar dan syariah.
MedcoEnergi mencatat divestasi bisnis pertambangan batubara dan infrastruktur air telah selesai pada tahun 2018. Penjualan aset minyak dan gas di Amerika Serikat selesai pada kuartal pertama 2019, begitu juga penjualan 51% saham pada Gedung Energi.
Selain itu, MedcoEnergi menerima persetujuan para pemegang saham untuk penambahan modal perusahaan tanpa memberikan hak memesan efek terlebih dahulu hingga 10% dari saham yang diterbitkan dengan harga minimum Rp868 per saham (US$100 juta). Medco secara kontinu melakukan diskusi untuk penempatan saham bagi yang memenuhi persyaratan.
Dalam ikhtisar operasional, Medco mencatat produksi minyak dan gas rata-rata adalah 85 mboepd, sejalan dengan panduan dan biaya tunai per unit yaitu US$8,7 per boe. Pada tahun lalu, Medco juga mendapatkan perpanjangan kontrak selama 20 tahun untuk Rimau PSC dan Tarakan PSC.
Selain itu, Medco juga telah menemukan gas di sumur eksplorasi Nowera-1 di Sumatra Selatan PSC dan rencana percepatan pembangunannya telah disetujui oleh SKK MIGAS dan produksi gas pertama diharapkan dimulai pada tahun 2021. Telah ditandangani kontrak GSA baru dengan PGN untuk menjual gas tambahan dari Sumatra Selatan PSC sebesar 30bbtupd.
Di sektor kelistrikan, kapasitas operasi kotor terpasang MPI naik menjadi 2.819 MW setelah selesainya fasilitas 330MW Sarulla Geothermal. Pembangkit listrik bertenaga gas CCPP Riau, milik MPI, juga telah mendapatkan Deklarasi Pembiayaan dari PLN dan telah menandatangani perjanjian keuangan proyek dengan konsorsium bank internasional.
Dari sektor minerba, produksi AMNT tahun 2018 yang berasal dari stockpile sebesar 141,9 Mlbs tembaga dan 70,9 Koz emas. AMNT terus melanjutkan pengembangan fase 7 yang sekarang sepenuhnya dibiayai dengan fasilitas yang berkomitmen sebesar US$1,2 miliar dari empat bank besar berbasis di Asia. Produksi pertama dari fase 7 diharapkan akan dimulai pada paruh pertama tahun 2020.
AMNT juga tercatat telah memperoleh Analisis Mengenai Dampak Lingkungan dan izin Kelayakan Lingkungan dari Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat untuk pengembangan smelter berkapasitas 1,3 juta ton yang berlokasi di Benete, Sumbawa Barat. Outotec Oyj telah ditunjuk untuk mengembangkan Front-End Engineering Design.
Terakhir, Medco berekspektasi agar akuisisi Ophir Energy plc (Ophir) selesai pada kuartal kedua. Selain itu, Medco juga menargetkan pro-forma produksi akan mencapai 110mboepd setelah penyelesaian akuisisi Ophir, biaya tunai per unit untuk minyak dan gas akan dipertahankan di bawah US$10 per boe.
Untuk MPI, ditargetkan akan menghasilkan penjualan daya 2.850 GWh. Dengan Pro-forma belanja modal sebesar $400 juta atau dibawah. Medco menargetkan Hutang Bersih terhadap EBITDA akan tetap 3,0x atau dibawah.
Hilmi Panigoro, Presiden Direktur, mengatakan Merdo memiliki kinerja sangat baik di tahun 2018, meskipun lingkungan bisnis yang penuh dengan tantangan, posisi keuangan kami semakin menguat dibalik kinerja operasional yang kuat pada bisnis minyak, gas dan ketenagalistrikan.
"Dengan persetujuan yang baru saja diperoleh dari Pemegang Saham Ophir jelas merupakan tonggak sejarah bagi yang menunjukkan peningkatan kematangan dan kemampuan Perusahaan dalam mengelola transaksi multi-yurisdiksi yang kompleks. Menutup transaksi pada kuartal kedua akan semakin memperkuat posisi kami sebagai perusahaan energi dan sumber daya alam regional yang terintegrasi,"ujar Hilmi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News