Reporter: Febrina Ratna Iskana | Editor: Anastasia Lilin Yuliantina
JAKARTA. Meski sebagian wilayah Jakarta Utara nyaris identik dengan banjir, banyak pengembang yang tak gentar membangun proyek di wilayah itu. Tak terkecuali PT Intiland Development Tbk yang sedang getol mengoleksi proyek di wilayah yang berbatasan dengan Laut Jawa itu.
Pengembang properti berkode saham DILD di Bursa Efek Indonesia itu tengah fokus pada dua proyek. Pertama, proyek Giant Sea World.
Dalam proyek yang dicanangkan oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta itu, Intiland menyiapkan dana Rp 7.5 triliun. "Dari internal dan eksternal seperti pinjaman perbankan dan sumber pendanaan strategis lain," ujar Sekretaris Perusahaan Intiland, Theresia Rustandi, tanpa menyebutkan perinciannya, kepada KONTAN, Senin (3/10).
Menilik catatan duit internal alias kas dan setara kas perusahaan itu dalam laporan keuangan 2013, tercatat Rp 525,61 miliar. Kas dan setara kas itu menyusut menjadi Rp 483,08 miliar pada laporan keuangan yang berakhir 30 September 2014. Dari catatan itu, besar kemungkinan Intiland memberikan porsi besar untuk dana eksternal.
Meski mengklaim sudah mengantongi izin analisis dampak lingkungan (AMDAL), Intiland belum bisa memulai proyek itu karena belum mendapat izin reklamasi dari pemerintah. Padahal perusahaan itu menargetkan mulai mereklamasi 63 hektare (ha) pantai Utara menjadi pulau buatan pada tahun depan.
Pasca menyulap lautan menjadi daratan, DILD akan mengisinya dengan proyek apartemen, hotel, kantor, perumahan dan kawasan komersil di atas lahan itu. "Kami mulai membangun proyek-prpyek itu setelah jalan dan semua infrastruktur sudah dibangun," terang Theresia.
Kalau tak meleset, reklamasi dan pembangunan infrastruktur rampung dalam tiga tahun. Lalu aneka proyek tadi menjadi rencana pengembangan dalam 15 tahun selanjutnya.
Kedua, melanjutkan pembangunan 10 menara apartemen Regata di Pantai Mutiara. Intiland sudah memasuki pembangunan tahap II yang berisi tiga menara.
Sepanjang sembilan bulan pertama tahun ini, Intiland mengklaim mengantongi pendapatan penjualan alias marketing sales Rp 1,8 triliun. Pengembang itu masih mengejar target Rp 2,8 triliun hingga akhir 2014.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News