Reporter: Ika Puspitasari | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Armada Berjaya Trans Tbk (JAYA) memprediksi kinerja keuangan di tahun ini kembali moncer. Perusahaan pun membidik, laba bersih di tahun 2022 tumbuh 7%-15% dari realisasi tahun 2021.
Sekedar mengingatkan, di tahun lalu, Armada Berjaya Trans memperoleh laba tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk senilai Rp 5,69 miliar atau melonjak 88,41% dari laba tahun 2020 yang hanya Rp 3,02 miliar.
Untuk mencapai target kinerja tersebut, perusahaan pun menggenjot utilisasi perusahaan. Direktur Utama Armada Berjaya Darmawan Suryadi mengatakan, tingkat utilisasi armada perusahaan saat ini sudah mencapai 100%.
JAYA memiliki jumlah armada truk sebanyak 134 unit, meliputi mobil lossbak, trailer, cdd box, blindvan dengan tahun pembuatan antara tahun 2013 sampai dengan tahun 2021.
Baca Juga: Armada Berjaya (JAYA) Genjot Diversifikasi Bisnis
Guna meningkatkan kinerja, JAYA juga selektif dalam memilih pelanggan. Darmawan bilang, pelanggan utama JAYA terbilang memiliki tracking bisnis yang baik.
Sebagian besar merupakan perusahaan terbuka seperti PT Prima Globalindo Logistik Tbk, PT Indah kiat pulp and paper Tbk, PT Mulia Industry Tbk untuk pengangkutan kaca, botol, dan glass block, selanjutnya ada PT Mayora indah Tbk, PT Fajar Surya Wisesa Tbk, PT Salim Invomas Tbk, PT Dua Kuda Indonesia, PT Bentonit Alam Indonesia (additive), PT Pundi Kencana(tepung) dan PT Nusantara Express Kilat (Shoppe).
"Untuk durasi kontrak pelanggan rata-rata berkisar 6 bulan sampe 1 tahun. Biasanya akan dilakukan perpanjangan kontrak," ujarnya beberapa waktu lalu.
Lebih lanjut ia bilang, JAYA tidak menargetkan penambahan jumlah armada tiap tahunnya. Yang jelas, perusahaan terus berhati-hati dalam rencana penambahan armada baru, hal ini salah satunya lantaran naiknya harga armada saat ini yang belum diikuti dengan kenaikan harga tarif.
Meski begitu, ke depannya JAYA tetap membuka kemungkinan penambahan armada baru dengan menggunakan cash internal perseroan, bisa juga dari pinjaman bank.
Dengan debt to equity ratio di bawah 10%, Darmawan bilang JAYA siap menghadapi persaingan dengan perusahaan pesaing baik lokal maupun asing. Menurutnya, tidak ada kesulitan untuk penambahan armada truk.
Ke depannya, JAYA melihat ritel online atau e-commerce dan pengiriman bahan bangunan via peti kemas ke Kalimantan untuk pembangunan ibukota baru akan tumbuh pesat. Selain itu permintaan truk medium size seperti cdd box maupun blindvan juga diprediksi meningkat karena kebutuhan pengiriman logistik dari pabrik ke Gudang yang dimiliki oleh perusahaan ritel e-commerce.
"Kami juga melihat peluang sangat baik untuk angkutan darat truk terutama berjenis size Medium CDD Box dan Blindvan," tambahnya.
Perihal kenaikan bahan bakar, sambungnya, JAYA tak pengaruh karena BBM angkutan barang plat kuning menggunakan solar subsidi dan bila ada kenaikan biasanya tarif angkutan akan disesuaikan. Sekarang ini, angkutan JAYA masih memfokuskan pada 3 area propinsi yaitu DKI Jakarta, Jawa barat dan Banten.
Sembari memperkuat bisnis utama, JAYA juga tengah mengembangkan bisnis properti. Darmawan bilang, bisnis usaha properti memiliki prospek yang menarik dengan melihat populasi Indonesia saat ini.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News