Reporter: Tendi Mahadi | Editor: Markus Sumartomjon
JAKARTA. Minat investasi di sektor manufaktur tahun ini diprediksi masih tetap positif mengikuti lonjakan investasi manufaktur yang terjadi sepanjang tahun lalu.
Panggah Susanto, Direktur Jenderal Basis Industri Manufaktur Kementerian Perindustrian (Kemperin) memprediksi, investasi manufaktur tahun ini bisa lebih tinggi dari proyeksi pertumbuhan industri manufaktur yang sebesar 7%.
Selama 2012, Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mencatat investasi di industri manufaktur di dalam negeri mencapai Rp 163,46 triliun. Jumlah ini melonjak sebesar 57,1% dibanding realisasi pada 2011 yang hanya mencapai sebesar Rp 104,05 triliun.
Demikian juga dengan investasi di industri manufaktur oleh penanam modal dalam negeri (PMDN) tahun lalu mencapai sebesar Rp 49,88 triliun. Investasi ini naik 29,5% dari hasil investasi PMDN pada 2011 yang sebesar Rp 38,53 triliun.
Adapun investasi manufaktur penanaman modal asing (PMA) melonjak 73,4%, menjadi US$ 11,7 miliar di 2012 dibanding investasi tahun 2011 yang hanya sebesar US$ 6,78 miliar.
Sektor yang berperan penting dalam investasi manufaktur tahun lalu adalah industri makanan dan minuman, tekstil, kimia dan farmasi, mineral non logam, industri kendaraan bermotor, mesin dan logam.
Untuk tahun ini, proyeksi nilai investasi manufaktur bisa mencapai Rp 175 triliun. "Sektor makanan, logam dasar, galian non logam, hingga kimia masih sangat diminati," ujarnya.
Selain itu, investasi dari pengolahan mineral bisa makin terlihat tahun ini. Ini sebagai persiapan kebijakan hilirisasi mineral yang sejalan dengan larangan ekspor mineral mentah pada 2014 mendatang. “Hanya saja ini sesuatu yang baru, sehingga perlu persiapan yang matang dari sisi investasi," ujarnya.
Adhi S Lukman, Ketua Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (Gapmmi) bilang, investasi di sektor makanan tahun ini berpotensi membesar. Ini tidak terlepas dari prediksi pertumbuhan industri makanan yang rata-rata sebesar 8%-10% per tahun.
Bahkan tren pergeseran investasi makanan yang awalnya didominasi investasi lokal menjadi investasi luar negeri mulai terjadi. Hal ini tidak terlepas dari makin kecilnya pertumbuhan pasar makanan di luar negeri. "Sementara pasar kita besar dan terus tumbuh," katanya kepada KONTAN, akhir pekan lalu.
Investasi makanan dari investor lokal tahun lalu mencapai Rp 11,6 triliun atau melonjak 40,6% dari investasi 2011 yang mencapai Rp 7,94 triliun. Bandingkan dengan pertumbuhan investasi asing di sektor ini yang mencapai 61,4%, menjadi US$ 1,78 miliar di 2012. Padahal, nilai investasi asing di sektor makanan pada 2011 silam baru sebesar US$ 1,1 miliar.
Panggah menambahkan, sektor industri semen juga berpotensi makin menarik minat pengusaha untuk berinvestasi. Pendorong investasi di sektor ini adalah pertumbuhan bisnis properti dan infrastruktur.
Lihat saja Bosowa Group. Tahun ini, mereka berencana menambah kapasitas produksi dengan membangun pabrik baru di Cilegon, Banten. "Peletakan batu pertama pabrik ini di kuartal I tahun ini," ujar External Corporate Communication Bosowa, Rizal Cavarly.
Rencana tersebut merupakan bagian dari investasi Bosowa sebesar US$ 6,5 miliar hingga 2015. Langkah ini demi menggenjot kapasitas produksi pabrik semen Bosowa, yang saat ini sebanyak 3,2 juta ton per tahun menjadi 10 juta ton pada 2017.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News