Reporter: Azis Husaini | Editor: Azis Husaini
KONTAN.CO.ID -JAKARTA. PT Pertamina EP, anak perusahaan PT Pertamina (Persero) sekaligus Kontraktor Kontrak Kerja Sama di bawah pengawasan SKK Migas, mempunyai tugas mencari sumber minyak dan gas untuk mendukung pencapaian target yang sudah ditetapkan. Sejalan dengan hal tersebut, PT Pertamina EP juga terus menggiatkan pengembangan inovasi agar dapat mendukung kelancaran dan kehandalan operasi.
Salah satu inovasi yang dirintis melalui PT Pertamina EP Asset 3 Jatibarang Field di bidang industri migas offshore adalah mencegah pertumbuhan marine growth. Marine growth adalah sekumpulan hewan/tumbuhan laut yang tumbuh dan berkoloni di permukaan bangunan/struktur di laut.
Baca Juga: Kongsi Pertamina-Marubeni di PLTGU Jawa 1 retak, ini membahayakan program 35.000 MW
“Kondisi bahan makanan/ nutrisi, cahaya matahari, faktor pH (derajat keasaman) dan kondisi lingkungan lain cocok bagi pertumbuhan mereka di sini,” ujar Hari Widodo, Pertamina EP Asset 3 Jatibarang Field Manager di Jatibarang, Kamis (7/11).
Menurut Hari, tumbuhnya marine growth pada permukaan bangunan / struktur ini dapat menimbulkan berbagai masalah. Pada struktur platform, adanya marine growth akan menyebabkan struktur menjadi lebih berat (penambahan massa) sehingga menyebabkan perubahan respon struktur tersebut terhadap beban-beban dinamis yang diterimanya (ada perubahan frekuensi natural, ragam getar, dsb).
“Di samping itu, marine growth akan menyebabkan pertambahan diameter efektif tiang struktur sehingga menyebabkan beban arus dan beban gelombang yang diterima struktur menjadi lebih besar. Hal ini tentu akan berdampak negatif pada kekuatan struktur platform,” ujarnya.
Baca Juga: Kejar target produksi, Pertamina EP bor sumur TLJ 23INF
Pertamina EP Field Jatibarang telah berhasil menemukan sebuah inovasi alat baru yang bisa menggantikan kerja manual yang dilakukan untuk mengatasi marine growth. Diberi nama sebagai “Sea-Waroc (Sea Wave Ring Automatic)”, alat ini didesain untuk menghilangkan salah satu unsur penyebab pertumbuhan marine growth tersebut, yaitu bahan makanan/nutrisi.
Menurut Hari, Sea-Waroc” membersihkan tiang struktur platform dari bahan-bahan makanan marine growth sehingga pertumbuhan marine growth di tiang struktur platform dapat dicegah. “Sea-Waroc” didesain dalam bentuk ring menggunakan prinsip mekanis dan Buoyancy untuk menghilangkan bahan makanan / nutrisi yang menempel di tiang struktur platform. Alat Sea-Waroc merupakan inovasi baru di dunia migas offshore, bukan adopsi dari model lain.
“Invensi ‘Sea-Waroc’ ini akan mengurangi biaya secara signifikan dengan mengubah cara lama dalam mengatasi marine growth sekaligus meningkatkan integritas platform offshore yang akan menjamin keberlangsungan bisnis perusahaan,” ujar Pertamina EP Asset General Manager Wisnu Hindadari.
Inovasi Sea-Waroc telah dilombakan dalam ajang Improvement & Innovation Award (IIA) PT Pertamina EP pada 7-9 Oktober 2019 dan mendapat hasil GOLD.
Baca Juga: Masuk kuartal III 2019, lifting lima Blok Pertamina belum membaik
Sebelumnya, demi mengatasi marine growth dengan menggunakan alat water jet yang dioperasikan oleh penyelam membutuhkan biaya sekitar Rp 23,2 miliar, dengan alat “Sea-Waroc” hanya membutuhkan biaya sekitar Rp 31,5 juta. Dengan demkian terdapat efisiensi sebesar 99,86%. Implementasi tersebut sudah berjalan sekitar lima bulan.
Franky Melky dari Balai Besar Teknologi Kekuatan Struktur – BPPT (Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi) mengatakan alat “Sea-Waroc” merupakan ide yang sangat bagus untuk mencegah pertumbuhan marine growth, dengan material yang digunakan mudah didapat sehingga alat “Sea-Waroc” dapat diterapkan di lapangan offshore lain.
“Kami berharap melalui penemuan alat ini dapat membantu pemasalahan offshore, ‘dengan alat “Sea-Waroc”, PT Pertamina EP berharap dapat membantu operator lapangan migas lain yang memiliki platform offshore dalam menyelesaikan permasalahan marine growth”, ujarnya.
Baca Juga: BPH Migas turunkan iuran pengangkutan BBM & Gas Bumi, ini tanggapan badan usaha...
Jatibarang Field merupakan lapangan migas yang terletak di Kabupaten Indramayu, Jawa Barat. Memasuki semester akhir 2019, telah mencatat produksi minyak sebesar 7.924 BOPD (110.5% terhadap target), sedangkan produksi gas 41.9 MMSCFD, (99.3% terhadap target).
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News