kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45913,59   -9,90   -1.07%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Jakob Oetama, Guru dan Peletak Fondasi Industri Media Modern


Kamis, 10 September 2020 / 08:56 WIB
Jakob Oetama, Guru dan Peletak Fondasi Industri Media Modern
ILUSTRASI. Pendiri Kompas Gramedia Jakob Oetama saat perayaan ulang tahun KONTAN


Reporter: Agung Hidayat, Arfyana Citra Rahayu, Azis Husaini | Editor: Yuwono triatmojo

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indonesia kehilangan Jakob Oetama, seorang tokoh publik yang sederhana, santun dan menginspirasi banyak orang. Sukses membangun Grup Kompas Gramedia, pria kelahiran 27 September 1931 ini telah mengilhami dunia pers nasional yang terus bertumbuh secara modern dan bermartabat.

JO, inisial nama akrabnya, wafat di usia 88 tahun, Rabu (9/9) pukul 13:05 WIB atau 18 hari menjelang ulang tahunnya ke-89. Kepergian Jakob Oetama membawa duka mendalam bagi keluarga besar Grup Kompas Gramedia, termasuk KONTAN, yang dia dirikan pada 27 September 1996 atau bertepatan dengan ulang tahunnya yang ke-65.

Ucapan belasungkawa mengalir dari segenap kalangan. Presiden Joko Widodo pun merasa kehilangan Jakob Oetama. "Almarhum bukan sekadar tokoh pers, pendiri dan pemimpin surat kabar Harian Kompas atau Kelompok Kompas Gramedia, tapi adalah tokoh bangsa ini," tulis Presiden Jokowi di akun Instagramnya, kemarin.

Jakob merupakan jurnalis tulen dengan semangat juang dan daya kritis yang tinggi. Pandangannya senantiasa bernuansa kemanusiaan. "Ia (Jakob) menyampaikan pandangan dan kritiknya dalam bahasa yang halus dan santun," ungkap Presiden Jokowi.

Jusuf Kalla (JK), mantan Wakil Presiden yang merupakan sahabat dekat Jakob Oetama menceritakan pengalamannya. Kalla sudah berkawan dengan JO sejak 40 tahun lalu, yakni ketika Harian Kompas menggelar forum diskusi ekonomi pada tahun 80-an. Kalla selalu diundang dalam diskusi yang mewakili kalangan pengusaha dari Indonesia Timur.

"Jakob selalu berbicara Indonesia yang maju, harus sejahtera," ujar Jusuf Kalla, dalam wawancara di Kompas TV, Rabu (9/9).

Selain sebagai jurnalis, JK juga menilai sosok Jakob Oetama sebagai seorang entrepreneur andal. "Grup Kompas Gramedia bisa besar seperti sekarang merupakan bukti beliau seorang entrepreneur," kata Kalla.

JO memang dekat dengan berbagai kalangan. Mien Uno, pebisnis dan ibu Sandiaga Uno menilai, Jakob Oetama adalah guru terbaik. Mien acap meminta nasihat Jakob saat ingin melakukan sesuatu. "Jika bertemu, saya membawakan makanan untuk Pak Jakob," kata Mien.

Di industri media massa, Jakob adalah mentor dan guru yang baik. "Terima kasih sudah menancapkan fondasi media di Indonesia," tulis Menteri BUMN, Erick Thohir, yang juga pemilik Mahaka Media di akun Instagramnya, Rabu (9/9).

Managing Director Grup Sinar Mas, Gandi Sulistiyanto menilai, Jakob Oetama seorang kharismatik di mata publik karena dedikasinya terhadap media tidak ada duanya. "Beliau adalah pengusaha yang berhasil dengan mengawali karier sebagai wartawan," kata dia.

Gandi mengakui, kehadiran media sosial sempat membuat kita berpaling dari media massa konvensional. Namun membanjirnya informasi di media sosial, membuat kita teringat bahwa media massa arus utama justru kian dibutuhkan selaku penyeimbang informasi.

"Pak Jakob mewariskan media massa dengan kredibilitas unggul, sebagai asupan guna memelihara akal sehat, daya kritis, empati dan kemanusiaan kita," kata dia.

Redaktur Senior Kompas, Rikard Bagun menilai, Kompas Gramedia, bisa terus melangkah maju dan tetap melaju berkat nilai yang ditanamkan Jakob Oetama maupun PK Ojong sebagai pendiri KG. Nilai itu adalah tentang bagaimana memperkuat kompetensi, profesionalitas, menjaga budaya unggul, saling peduli dan berbagi.

Selama puluhan tahun, Rikard tak hanya mengenal Jakob sebagai pemimpin, tetapi juga orang tua dan guru. "Pak Jakob sudah kami anggap seperti orang tua kami semua. Tidak ada hambatan psikologis bagi kami ketika bertemu dan berdiskusi dengan beliau," kata dia.

Rikard ingat betul kata-kata bijak Jakob kepada seluruh tim Kompas Gramedia, "Aset kita adalah pikiran, kebersamaan dan kerja tim." Jakob menegaskan, tidak ada yang lebih hebat sehingga setiap pekerjaan harus dikerjakan bersama.

Jakob Oetama juga dikenal sebagai sosok yang peduli dan menghargai orang. Jakob jarang membahas perusahaan maupun neraca bisnis ketika berdiskusi. Dia lebih suka membahas ide-ide besar untuk negeri atau bagaimana cara ikut berkontribusi kepada bangsa.

Rikard juga melihat JO sebagai seorang guru. Cara Jakob mendidik tentang kedisiplinan bukan dari perkataan, melainkan dari perbuatan. Dia selalu datang lebih awal dari siapa pun.

"Pak Ojong maupun Pak Jakob, keduanya menganut prinsip bahwa semua pekerjaan punya perspektif sosial. Jadi pekerjaan apapun mengajak orang lain dan hasil apapun orang lain merasakan, sehingga ada keadilan kontributif di dalamnya," kata Rikard.

Jakob Oetama lekat dengan adagium latin, orang yang keras berprinsip namun lembut dalam bersikap. Jakob selalu berpesan, boleh menyampaikan kritik tetapi harus membangun (konstruktif), bukan mengujar kebencian.

Guru yang Membangun Miniatur Indonesia

JAKOB Oetama meninggalkan warisan yang tak ternilai. Sejak berkiprah sebagai guru hingga akhirnya menggeluti dunia jurnalistik, Jakob terus menghasilkan karya terbaik dan menginspirasi untuk kemajuan bangsa.

Jakob Oetama memulai karier sebagai pendidik alias guru di sebuah SMP hingga akhirnya di medio 1960-an membangun cikal bakal Kompas Gramedia, yakni majalah Intisari. Eratnya persahabatan Jakob Oetama dengan Petrus Kanisius Ojong berawal dari kesamaan pandangan politik dan nilai kemanusiaan yang mereka anut.

Hal itu pula yang menjadikan Jakob dan Ojong melahirkan majalah tersebut yang edisi perdananya terbit pada 17 Agustus 1963. Duet Jakob dan Ojong sepakat melahirkan majalah berlandaskan kemanusiaan, yang berisi saripati ilmu pengetahuan dan teknologi dunia.

Namun, kehadiran Intisari belum cukup. Beberapa tahun kemudian duo Jakob-Ojong melahirkan koran yang menjadi alternatif, pilihan lain dari banyaknya media partisan akibat kondisi politik pasca-Pemilu 1955 itu.

Kelak, koran itu dikenal dengan nama Kompas yang namanya diberikan langsung oleh Presiden Soekarno. Koran ini tidak partisan. "Kompas harus mencerminkan miniaturnya Indonesia," ucap Jakob saat itu. Kini, jejaring bisnis Kompas Gramedia mengular ke sektor properti, hospitality, infrastruktur hingga digital.

Selanjutnya: Wakil Menteri Agama: Jakob Oetama, legenda pers yang independen

Selanjutnya: Selamat jalan Jakob Oetama, peletak pilar Kompas Gramedia telah berpulang

Selanjutnya: Jubir Presiden: Jakob Oetama merupakan mercusuar pers Indonesia

Selanjutnya: Jakob Oetama di mata Presiden Joko Widodo

Selanjutnya: Peletak pilar Kompas Gramedia itu telah berpulang, selamat jalan Pak Jakob..

Selanjutnya: Tiba di Palmerah, jenazah Jakob Oetama disemayamkan di Gedung Kompas Gramedia

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×