kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,52%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Jelang akhir tahun, peluang impor beras kian kuat


Rabu, 07 Oktober 2015 / 12:30 WIB
Jelang akhir tahun, peluang impor beras kian kuat


Reporter: Noverius Laoli | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. Pasokan beras nasional saat ini sudah semakin menipis. Kondisi ini ditandai dengan kenaikan harga-harga beras di pasaran. Di sisi lain, stok beras jenis medium kelas dua, atau IR 2 sudah lama menghilang di pasaran. Sebagai contoh di Pasar Induk Beras Cipinang (PIBC), jenis beras medium IR 2 sudah dua bulan terakhir tidak ditemukan di pasar. Yang ada justru beras dengan kualitas premium yang harganya lebih tinggi dan lebih banyak diminati masyarakat kelas menengah ke atas.

Ketua Umum Koperasi PIBC H.Zulkifly Rasyid mengatakan beras yang kualitas satu di PIBC tersedia dalam jumlah yang cukup. Namun beras dengan kualitas dua yakni IR2 kosong sama sekali sejak dua bulan terakhir. Sementara itu harga beras terendah dengan kualitas buruk di PIBC saat ini sudah Rp 9.000 per kilogram (kg). "Yang harga Rp 8.000 per kg atau yang harga Rp 8.500 per kg yang tidak ada," ujarnya kepada KONTAN, Selasa (6/10).

Ia bilang, bila pemerintah tidak melakukan impor beras, maka masyarakat akan kesulitan mendapatkan beras medium kualitas dua tersebut. Ia menilai ke depan hal ini akan sangat berbahaya karena beras medium IR2 itu sangat banyak dikonsumsi masyarakat kelas bawah. Sementara untuk beras jenis premium stoknya masih banyak tapi harganya juga sudah sekitar Rp 11.000 per kg - Rp 12.000 per kg.

Direktur Pengadaan Bulog Wahyu, juga mengakui pada musim tanam (gadu) ini, Bulog sudah kesulitan mengimpor beras untuk public service obligation (PSO) sesuai dengan Harga Pembelian Pemerintah (HPP) Rp 7.300 per kg. Hal itu tak terlepas dari kurangnya pasokan beras di sejumlah sentra pertanian. Karena itu, Bulog hanya bisa menyerap beras jenis premium atau yang bisa dijadikan stok komersil.

Namun, ia mengatakan stok Bulog sampai akhir tahun memang diprediksi mencapai 1,5 juta ton dengan asumsi Bulog menyerap lebih sebanyak 992.210 ton beras dalam tiga bulan ke depan. Namun, beras yang diserap itu jenis komersil. Sementara sampai akhir tahun diperkirakan stok beras PSO paling banter sampai 100.000 ton saja.

Wahyu mengatakan bila El Nino ini berlangsung sampai bulan Februari tahun depan, maka kondisi ini sangat sulit bagi Bulog. "Kalau sampai Februari masih El Nino ya salah satu opsinya pemerintah memang harus mengimpor," ujarnya.

Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman selalu mengelak bila ditanya soal impor beras. Namun ia juga tidak membantah peluang adanya impor beras dalam beberapa bulan ke depan. Selain itu, ia juga mengakui kalau pasokan beras medium IR2 atau stok beras PSO di Bulog sudah menipis. Ia mengatakan berkurangnya pasokan beras PSO ini sudah wajar terjadi karena saat ini memasuki musim kering. Di musim gadu tentu saja pasokan beras tidak sebanyak saat panen raya.

"Tapi jangan lupa, di musim kering justru kualitas beras itu bagus, harganya juga tinggi, itu harus dipahami," ujar Amran.

Ia mengatakan, pada musim kering ini kualitas padi lebih bagus karena mendapatkan sinar matahari penuh, hama yang merusak padi juga berkurang, kadar air rendah, dan proses panen mudah. Memang harga pasti tinggi, tapi bagi Amran yang penting beras dalam negeri ada.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×