Sumber: KONTAN | Editor: Hendra Gunawan
JAKARTA. Menteri Perhubungan Jusman Syafii Djamal berniat terus memantau perkembangan angkutan penyeberangan laut di Selat Madura setelah Jembatan Surabaya-Madura (Suramadu) resmi beroperasi sejak Rabu (10/6) pekan lalu.
Menurut Jusman, Pemerintah berkepentingan mengawasi kelanjutan industri pelayaran di selat tersebut. Pemerintah akan menyiapkan sejumlah langkah untuk mengantisipasi merosotnya pengguna jasa angkutan penyeberangan di kawasan itu.
"Kami akan lakukan pemantauan hingga tiga bulan ke depan untuk melihat situasi dan dampaknya bagi bisnis penyeberangan," ujar Jusman, dalam perjalanan ke Pelabuhan Bakauheni, Lampung, Senin (15/6) kemarin.
Jusman mengakui, sejauh ini banyak kalangan memang telah memprediksi bahwa penggunaan jasa angkutan penyeberangan di kawasan itu akan merosot hingga 30%.
Saat ini, ada 18 kapal yang beroperasi untuk melayani pengangkutan di rute tersebut. "Kami akan pindahkan sehingga hanya akan tersisa 12 atau 10 kapal penyeberangan di rute tersebut," kata Jusman.
Tak ingin ketinggalan kereta, pengusaha penyeberangan di kawasan tersebut juga sudah bersiap. PT Indonesia Ferry (Persero), misalnya. Mereka tengah berupaya mencari alternatif agar kapal-kapal mereka yang beroperasi di seputar Jembatan Suramadu bisa terus menghasilkan uang.
Chief Executive Officer (CEO) Indonesia Ferry Bambang Soerjanto bilang, mungkin, pihaknya akan memindahkan kapal-kapal itu ke rute lain yang masih membutuhkan kapal. Selain itu, ada kemungkinan, kapal-kapal itu dialihkan untuk kapal pariwisata. Misalnya menjadi kapal pesiar atau untuk restoran terapung. Tapi, Bambang belum memerinci jumlah kapal Indonesia Ferry yang beroperasi di kawasan Suramadu.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News