Reporter: Aceng Nursalim | Editor: Herlina Kartika Dewi
JAKARTA. Ekonomi global yang tengah lesu tidak menyurutkan niat produsen kabel PT Jembo Cable Company Tbk (JECC) untuk menjajaki pasar ekspor. Kini, perseroan menjajaki kerjasama untuk menyuplai kabel optik di pasar Asia.
Santoso, Direktur Jembo Cable Company, menuturkan, perseroan tengah menjajaki kerjasama dengan perusahaan telekomunikasi yang berbasis di Brunei Darussalam. "Dengan (perusahaan telekomunikasi) Brunei sudah melakukan kunjungan dan dalam tahap penjajakan," ungkap dia, Selasa (18/6).
Selain dengan perusahaan telekomunikasi asal Brunei, Santoso bilang, Jembo Cable juga menjajaki kerjasama dengan perusahaan telekomunikasi asal Vietnam.
Sayangnya, Santoso enggan bercerita lebih rinci mengenai rencana ini. Yang jelas, saat ini produsen kabel itu telah mengantongi kontrak penjualan serat optik dari PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) senilai Rp 1,9 triliun. Kontrak itu berlaku untuk tahun ini dan tahun depan. Jembo Cable merupakan salah satu perusahaan yang tergabung dalam konsorsium Fujikura untuk menggarap tender serat optik Telkom.
Perusahaan yang berkode emiten JECC itu, menargetkan penjualan serat optik naik menjadi Rp 100 miliar di tahun ini. Tahun lalu, nilai penjualan serat optik JECC mencapai Rp 15,9 miliar.
Untuk mencapai target tersebut, perusahaan mulai menaikkan kapasitas produksi serat optiknya dari 18.500 kilometer (km) per bulan menjadi 72.000 km per bulan di tahun ini. Untuk meningkatkan kapasitas produksinya, Jembo Cable menggelontorkan dana investasi sekitar US$ 2,5 juta.
Direktur dan Sekretaris Perusahaan JECC, Antonius Benady, menuturkan, tahun ini perseroan membidik laba bersih Rp 68,9 miliar, meningkat 116,67% daripada laba bersih di tahun lalu, yang sebesar Rp 31,8 miliar. Laba bersih itu akan ditopang dari target penjualan yang meningkat sekitar 30,71% menjadi Rp 1,61 triliun.
Pada kuartal I 2013, pendapatan perseroan tercatat sebesar Rp 283 miliar. Angka ini susut 9,23% dari kuartal I 2012 yang sebesar Rp 311,79 miliar. Penyebab pendapatan susut adalah keterlambatan tender kabel listrik PT Perusahaan Listrik Negara (PLN).
Menurut Antonius, tender yang didanai APBN, seperti milik PLN, baru berjalan setelah kuartal I. Antonius pun optimistis pendapatan perseroan di kuartal berikut bakal meningkat. "Mulai April banyak order," katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News