kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.180   20,00   0,12%
  • IDX 7.096   112,58   1,61%
  • KOMPAS100 1.062   21,87   2,10%
  • LQ45 836   18,74   2,29%
  • ISSI 214   2,12   1,00%
  • IDX30 427   10,60   2,55%
  • IDXHIDIV20 514   11,54   2,30%
  • IDX80 121   2,56   2,16%
  • IDXV30 125   1,25   1,01%
  • IDXQ30 142   3,33   2,39%

Jika Tak Dapat Subsidi Pemerintah, Berapa Harga Pertalite?


Kamis, 18 Agustus 2022 / 06:30 WIB
Jika Tak Dapat Subsidi Pemerintah, Berapa Harga Pertalite?
ILUSTRASI. Meski harga minyak dunia melonjak, pemerintah masih menahan harga pertalite. ANTARA FOTO/Jojon


Sumber: Kompas.com | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Meski harga minyak dunia melonjak, pemerintah masih menahan harga pertalite. Sebab, pemerintah masih memberikan subsidi pertalite. 

Pertanyaannya, jika tidak disubsidi oleh pemerintah, berapa harga pertalite? 

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan harga keekonomian sejumlah bahan bakar minyak (BBM) PT Pertamina (Persero) masih lebih tinggi dari harga yang dijual di SPBU. 

Ia mencontohkan, dua jenis BBM yang harganya masih lebih rendah dari nilai keekonomiannya ialah Pertalite (RON 90) dan Pertamax (RON 92). 

Saat ini kata Airlangga, harga keekonomian Pertalite sudah mencapai Rp 13.150 per liter. Sementara di SPBU, Pertalite masih dijual Rp 7.650 per liter. Akibatnya, selisih harga harus ditanggung pemerintah lewat skema subsidi. 

"(Sementara) Harga keekonomian Pertamax Rp 15.150 per liter, namun kita masih memberikan harga eceran Rp 12.500 per liter," ujar dia dalam konferensi pers, Selasa (16/8/2022). 

Baca Juga: Harga BBM Kian Mahal dan Kuras Anggaran Negara, Saatnya Pindah ke Mobil Listrik

Lebih lanjut Airlangga mengklaim, harga bensin di Indonesia saat ini masih lebih rendah dibanding sejumlah negara Asia Tenggara lainnya. 

Berdasarkan data yang Ia miliki, di Thailand rata-rata harga BBM dipatok Rp 19.500, Vietnam Rp 16.645 per liter, dan Filipina Rp 21.352. 

"Kita relatif di bawah negara ASEAN lain," kata dia. 

Tingginya harga komoditas energi memang diakui pemerintah sebagai salah satu tantangan utama yang dihadapi saat ini. 

Oleh karenanya, pemerintah menganggarkan subsidi energi yang nilainya mencapai Rp 502,4 triliun pada tahun 2022. 

Dalam Sidang Tahunan MPR RI, Presiden Joko Widodo mengatakan anggaran subsisi energi mencapai Rp 502 triliun pada 2022.

"Sampai pertengahan tahun 2022 ini, APBN juga surplus Rp 106 triliun. Oleh karena itu, pemerintah mampu memberikan subsidi BBM, subsidi elpiji, dan subsidi listrik (subdidi energi) sebesar Rp 502 triliun di tahun 2022 ini," ujarnya. 

Baca Juga: Ada Sinyal Bakal Naik, Ini Harga Pertalite Terbaru di Pertamina

Dia melanjutkan, anggaran besar untuk subsidi energi diberikan pemerintah agar harga energi di dalam negeri tetap terjangkau masyarakat di tengah kenaikan harga energi global. 

Pada saat bersamaan, pemerintah juga berupaya menjaga harga energi agar inflasi dapat ditekan di kisaran 4,9%. 

"Angka ini jauh di bawah rata-rata inflasi ASEAN yang berada di sekitar 7% dan jauh di bawah inflasi negara-negara maju yang berada di sekitar 9%," ucap Jokowi. 

Terancam Jebol 

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan adanya potensi anggaran subsidi energi jebol, atau lebih dari pagu anggaran yang ditetapkan dalam APBN 2022. 
Sri Mulyani mengatakan, pada tahun ini pagu anggaran subsidi energi yang terdiri dari BBM, elpiji, dan listrik mencapai Rp 502,4 triliun. 

"Kami melihat dengan volume yang cukup besar, ini (anggaran subsidi energi) bisa mungkin terlewati," ujar dia dalam konferensi pers, Selasa (16/8/2022). 

Baca Juga: Harga BBM Jenis Pertalite Dikabarkan akan Naik, Ini Kata Menteri BUMN

Sebagaimana diketahui, belanja subsidi energi mengalami peningkatan signifikan pada tahun ini, seiring dengan melonjaknya harga minyak mentah dunia. 

Asumsi Indonesian Crude Price (ICP) dalam APBN 2022 telah diubah menjadi US$ 100 per barrel, dari semula hanya US$ 63 per barrel. 

Tingginya subsidi komoditas energi juga menjadi salah satu alasan utama proyeksi anggaran belanja pada tahun ini membengkak, menjadi Rp 3.169,1 triliun. 
Padahal, tanpa adanya lonjakan subsidi energi, target belanja negara sebenarnya hanya mencapai Rp 2.714,1 triliun.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Segini Harga Pertalite jika Tidak Disubsidi Pemerintah"
Penulis : Rully R. Ramli
Editor : Yoga Sukmana

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×