Reporter: Tane Hadiyantono | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Stok sapi impor bakalan yang tercatat dalam Gabungan Pelaku Usaha Peternakan Sapi Potong Indonesia (Gapuspindo) terus menurun.
Wakil Ketua Dewan Gapuspindo Didiek Purwanto, menyampaikan impor sapi hingga 10 Agustus lalu telah mencapai 277.135 ekor. Sedangkan yang ada di stok kandang pada periode sama adalah 123.353 ekor.
"Itu realisasi dari perizinan impor yang terbit sebanyak 378.135 ekor," kata Didiek kepada Kontan.co.id, Jumat (23/8).
Angka realisasi impor sapi bakalan ini terus mengalami penurunan. Sebagai gambaran, pada catatan Gapusindo sebelumnya, realisasi impor sapi bakalan per 1 Juni 2018 sebanyak 164.042 ekor. Jumlah itu berasal dari persetujuan impor untuk 235.000 ekor. Stok sapi bakalan Gapuspindo hingga Juni berkisar 161.784 ekor. Dibandingkan dengan periode yang sama di 2017, stok sapi Gapuspindo mencapai 209.503 ekor.
Padahal realisasi impor sapi bakalan tahun lalu sebanyak 480.000 ekor.
Mengutip pemberitaan Kontan sebelumnya, impor sapi bakalan ini tergerus karena aturan impor 1:5 untuk sapi indukan dibandingkan sapi bakalan. Akibatnya kandang sapi jadi dipenuhi sapi indukan yang butuh waktu biak lebih lama dari sapi bakalan. Hal ini jadi beban tambahan dari segi pemeliharaan dan produktivitas.
Menanggapi hal ini, Ishana Mahisa, Ketua Umum Asosiasi Industri Pengolahan Daging Indonesia atau National Meat Processor Association (Nampa) melihat keadaan ini sebagai tantangan peternakan di Indonesia. Di satu sisi menjadi beban pengimpor, namun juga bisa menjadi kesempatan industrialisasi peternakan.
"Peternak di Indonesia harus diindustrialisasi dan diefisiensi kan, karena kalau tidak, maka tidak akan bisa mandiri," katanya.
Nampaknya langkah pertama dalam merealisasikan ini adalah dengan mengumpulkan sapi indukan yang akan jadi aset berkelanjutan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News