kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.965.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.830   0,00   0,00%
  • IDX 6.438   38,22   0,60%
  • KOMPAS100 926   8,20   0,89%
  • LQ45 723   5,45   0,76%
  • ISSI 205   2,17   1,07%
  • IDX30 376   1,61   0,43%
  • IDXHIDIV20 454   0,42   0,09%
  • IDX80 105   1,01   0,98%
  • IDXV30 111   0,45   0,40%
  • IDXQ30 123   0,28   0,22%

Kadin Bidik Investasi Baterai Listrik di Forum Ekonomi Dunia


Rabu, 22 Januari 2025 / 11:40 WIB
Kadin Bidik Investasi Baterai Listrik di Forum Ekonomi Dunia
ILUSTRASI. Ketua Umum Kadin Indonesia Anindya Novyan Bakrie


Reporter: Lailatul Anisah | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia pamer sejumlah potensi dan peluang investasi baterai listrik di Forum Ekonomi Dunia yang diselenggaakan di Davos, Swiss, Selasa (21/1). 

Ketua Umum Kadin Indonesia Anindya Novyan Bakrie mengungkapkan ambisi Indonesia untuk menjadi negara acuan standar pengolahan material baterai kendaraan listrik di dunia.

Baca Juga: Kadin Hadiri Forum Bisnis Indonesia-India, Jajaki Peluang Kerja Sama Sejumlah Bidang

Menurut Anin, sapaan akrabnya, kepatuhan pada standar internasional ini sejalan dengan konstitusi Indonesia dan tentunya menguntungkan dari sisi bisnis. 

“Dan ini bukan sekadar wacana. Indonesia sudah membuktikannya. Banyak perusahaan Indonesia yang sudah memasok tidak hanya ke China dengan teknologi canggihnya, tapi juga ke Eropa melalui Eramet dan Volkswagen, serta ke Amerika Serikat melalui Ford," kata Anindya dalam keterangan tertulisnya, Rabu (22/1). 

Anin meyakini, pada September nanti Indonesia secara keseluruhan bisa memenuhi standar besar seperti Exponential Moving Average (EMA). 

Anin juga menegaskan, Indonesia terbuka untuk bekerja sama bisnis dengan semua pihak, bukan hanya China namun juga negara-negara barat. 

Baca Juga: Pengusaha Industri Smelter Nikel Nyatakan Sikap atas Kebijakan PP Devisa Hasil Ekspor

Pihaknya mencontohnya, perusahaan miliknya PT VKTR Teknologi Mobilitas Tbk memiliki Indo-pacific Net-zero Battery-materials Corsortium (INBC) yang fokus pada kerja sama dengan negara-negara Barat. 

“Kami memahami bahwa Eropa (termasuk) Inggris, dan Amerika Serikat (AS) membutuhkan material baterai berbasis nikel,“ kata Anin. 

Berbicara mengenai AS yang sedang berinvestasi dalam industri EV, Anin menilai hal itu bisa menjadi peluang baik khususnya bagi Indonesia. 

Menurutnya, Indonesia bisa menjadi pemasok perangkat keras untuk industri EV di AS yang tentu memerlukan rantai pasokan yang berkelanjutan, tangguh, dan juga terjangkau serta efisien. 

Baca Juga: Arsjad Rasjid Paparkan Laporan Pertanggungjawaban di Depan Presiden Prabowo Subianto

“Kita belum tahu bagaimana bentuknya nanti, apakah akan lebih mengarah ke kesepakatan bilateral, tetapi bagi Indonesia yang memulai dari posisi yang lebih rendah dan mengingat kita belum memiliki perjanjian perdagangan bebas (FTA) dengan AS, saya rasa ini bisa menjadi suatu potensi saling menguntungkan,“ tambah Anin. 

Lebih lanjut, Anin menjelaskan, Indonesia memang sangat berkeinginan dan membutuhkan peran dalam ekosistem rantai pasokan kendaraan listrik.

Menurutnya, Indonesia memiliki tekad kuat dan sumber daya yang diperlukan untuk berkontribusi pada dunia. 

Dari sisi sumber daya alam, Indonesia memiliki cadangan mineral strategis yaitu 22% cadangan nikel dunia ada di Indonesia.

Jumlah itu, belum ditambah dengan potensi timah, tembaga, dan bauksit yang masuk dalam lima besar dunia. Sementara di sektor energi, Indonesia memiliki potensi energi terbarukan yang luar biasa, mulai dari panas bumi, hidro, tenaga surya, hingga angin. 

Baca Juga: Prabowo Sebut Jadi Presiden Tidak Boleh Sakit

Tak hanya itu, Anin menuturkan Indonesia juga dianugerahi kekayaan biodiversitas yang luar biasa, mulai dari hutan, lahan gambut, mangrove, hingga terumbu karang, dengan potensi penyerapan karbon mencapai 500 gigaton. 

“Potensi ini bisa menjadi sumber pendanaan untuk berbagai inisiatif hilirisasi kami. Selain itu, dengan populasi 285 juta jiwa, dan jika melihat Asia Tenggara secara keseluruhan yang mencapai 800 juta jiwa, kami memiliki pasar yang sangat menjanjikan,“ ungkap Anin.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×