kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.504.000   5.000   0,33%
  • USD/IDR 15.935   0,00   0,00%
  • IDX 7.246   -68,22   -0,93%
  • KOMPAS100 1.110   -11,46   -1,02%
  • LQ45 880   -11,76   -1,32%
  • ISSI 222   -0,92   -0,41%
  • IDX30 452   -6,77   -1,48%
  • IDXHIDIV20 545   -7,80   -1,41%
  • IDX80 127   -1,32   -1,03%
  • IDXV30 136   -1,06   -0,77%
  • IDXQ30 150   -2,29   -1,50%

Kadin incar perdagangan Indonesia-Afrika naik 80%


Selasa, 21 April 2015 / 16:14 WIB
Kadin incar perdagangan Indonesia-Afrika naik 80%
ILUSTRASI. Hari Pahlawan 10 November: Sejarah Singkat dan Latar Belakang Pertempuran Surabaya.


Sumber: Kompas.com | Editor: Sanny Cicilia

JAKARTA.  Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia menargetkan pertambahan volum perdagangan Indonesia ke Afrika hingga 80% dalam tiga tahun ke depan. 

Volume perdagangan yang mulanya US$ 10,70 miliar diharapkan meningkat jadi US$ 20 miliar per tahun.

"Akan naik 80% itu mungkin sekali karena perdagangan kita dengan mereka selama ini relatif kecil, yakni hanya 3,5%," kata Wakil Ketua Umum Kadin Hariyadi Sukamdani di sela-sela Konferensi Asia Afrika di Jakarta Convention Center, Selasa (21/4).

Berdasarkan catatan Kadin, nilai perdagangan Indonesia ke Afrika jauh tertinggal dari Tiongkok. Nilai perdagangan Tiongkok-Afrika tembus US$ 200 miliar per tahun. Sementara India-Afrika nilainya kurang lebih US$ 70 miliar per tahun.

Meskipun optimistis volume perdagangan Indonesia-Afrika bisa meningkat, Hariyadi menekankan bahwa peluang peningkatan itu juga tergantung pada pertumbuhan ekonomi di negara-negara Afrika yang menjadi tujuan perdagangan. 

Negara-negara Afrika bisa berkembang jika negara-negara Asia yang memiliki pertumbuhan ekonomi lebih baik terus berperan meningkatkan perekonomian Afrika. Kondisi ini sama dengan Indonesia beberapa tahun lalu. Ketika itu, Indonesia masih tertinggal dari segi pertumbuhan ekonominya. Namun investor asing tetap mendukung Indonesia melalui pengembangan bisnis, sehingga turut meningkatkan perekonomian Indonesia.

"Kalau kita tidak berperan meningkatkan nilai tambah, ya mereka akan begitu-begitu saja. Misalnya contohnya perusahaan Belanda di sini, Unilever, Belanda puluhan tahun di sini. Risikonya memang besar, tapi manfaat jangka panjang prespektifnya," sambung Hariyadi.

Ia menyampaikan bahwa Afrika merupakan pasar yang potensial bagi Asia, khususnya bagi Indonesia. Banyak sektor yang belum tergarap seperti sektor perminyakan dan gas, serta sektor perkebunan. (Icha Rastika)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Kiat Cepat Baca Laporan Keuangan Untuk Penentuan Strategi dan Penetapan Target KPI Banking and Credit Analysis

[X]
×