Reporter: Siti Maghfirah | Editor: Johana K.
JAKARTA. PT Kereta Api Indonesia sedang menjajaki pembiayaan proyek Light Rail Transit (LRT). Menurut Direktur Keuangan KAI Didiek Hartantyo, kebutuhan dana tambahan untuk proyek tersebut mencapai Rp 19,9 triliun.
Saat ini, lanjut Didiek, pihaknya mulai menjajaki Himbara, khususnya BNI, BRI dan Mandiri. Demikian pula dengan bank swasta nasional seperti BCA. Namun, ia enggan merinci besaran pinjaman nantinya. Yang jelas, angka yang diberikan tidak akan mencapai target tersebut.
Dalam pinjaman ini, KAI juga menginginkan bunga yang rendah. Sebab, selain akan menahan subsidi, pembiayaan ini juga dijamin oleh pemerintah.
Untuk masalah jangka waktu pinjaman, Didiek mengaku masih dalam pembahasan. "Jangka waktunya kemungkinan lebih dari 15 tahun. Saat ini kami sedang matangkan financial model agar bisa lebih dari 20 tahun," ungkapnya.
PT Kereta Api Indonesia saat ini memiliki total anggaran Rp 4 triliun untuk untuk pembangunan proyek LRT setelah Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) menyetujui pemberian dana penyertaan modal negara (PNM) Rp 2 triliun. Dana tersebut merupakan anggaran daru PMN tahun 2015 yang seharusnya untuk pembangunan trans Sumatra namun dialihkan untuk proyek LRT.
"Harusnya untuk rolling stock di Sumatera tapi karena sampai sekarang progresnya belum ada, kami alihkan untuk LRT," ujar Didiek Hartantyo Direktur Keuangan KAI kepada Kontan, Jumat (21/5
Selanjutnya, KAI juga telah mengajukan PMN di APBN 2018 sebesar Rp 3,6 triliun. Artinya, total yang dimiliki KAI dari PMN adalah Rp 7,6 triliun. Jika sesuai dengan skema pembiayaan saat ini, maka proyek LRT ini akan menelan biaya Rp 27 triliun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News